Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
SELALU ada hikmah di balik musibah. Begitu kata orang, apa lagi bagi mereka yang selalu berpandangan positif. Itu pula yang dilakukan Vania Santoso. Banjir besar yang melanda kawasan permukimannya di Surabaya, pada awal 2000-an, membuatnya berpikir bagaimana mengelola lingkungan agar musibah itu tidak lagi terjadi.
Hal pertama yang dia lakukan ialah dengan mengedukasi masyarakat, terutama kalangan muda, agar mereka memiliki kesadaran menjaga kebersihan di tempat tinggal mereka.
“Semua berawal dari rumah ketika kena banjir pada 2000-an. Saya pernah ngalamin banjir yang benar-benar masuk sampai ke dalam rumah. Saya kira itu karena pengelolaan lingkungannya kurang maskimal,” ungkap gadis yang akrab disapa Vania ini kepada Media Indonesia, pekan lalu.
Berangkat dari situ, kemudian Vania dan kakaknya sepakat untuk ambil bagian dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat terkait lingkungan hidup dengan mendirikan sebuah yayasan sosial yang mereka beri nama Yayasan AV Peduli. Lembaga ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup, dengan menggelar workshop dan sebagainya.
Kegiatan ini mereka buat semenarik mungkin agar banyak orang tertarik berpartisipasi. “ Misalnya, kami melakukan edukasi lewat musik bertema lingkungan. Kami bikin album kaset dan VCD waktu itu, menginisiasi kompetisi lingkungan untuk anak muda, pelatihan manajemen sampah berbasis rumah tangga, hingga pengembangan produk-produk daur ulang yang fungsional,” papar perempuan yang pernah menjuarai Lomba Lingkungan Internasional Volvo Adventure di Swedia pada medio 2007 tersebut.
Merambah fesyen
Pada 2014, Vania mulai berkenalan dengan sustainable fashion (fesyen berkelanjutan) yang bahan-bahannya dari produk daur ulang dan ramah lingkungan.
Ia kemudian merintis brand fesyen nya sendiri dengan nama Heystartic. Produk fesyen inilah yang kemudian jadi corong andalan untuk mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan.
“Sejak kecil kami memang punya ketertarikan terhadap dunia fesyen karena kami dulu sering ikut lomba peragaan busana, bahkan sempat jadi bintang iklan cilik,” papar gadis peraih tanda kehormatan presiden Satyalancana Wira Karya ini.
Menurut Vania, Heystartic merupakan ajakan, singkatan dari start being artistic outside, ethical inside. Lewat bisnis yang digelutinya ini, Vania ingin menciptakan produk fesyen yang tidak sekadar ramah lingkungan, tetapi juga mampu memberikan dampak sosial yang nyata kepada masyarakat.
“Ada tiga hal yang menjadi tujuan kami. Pertama ialah sustainable fashion, kami ingin menciptakan produk daur ulang yang fashionable. Selain itu, kami ingin memanfaatkannya sebagai media edukasi untuk mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan melalui berbagai lokakarya, dan yang paling penting ialah circular economy yang tercipta dari produk ini sehingga masyarakat dapat memperoleh sumber pendapatan tambahan,” terang Vania.
Oleh karena itu, dalam produksinya, Vania selalu berusaha melibatkan masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga dilibatkan dalam berbagai workshop.
“Bahkan kini banyak yang sudah bisa menjadi fasilitator workshop di Heystartic,” sambungnya.
Melalui Heystartic, Vania juga ingin membuktikan produk daur ulang itu bisa memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah dari produk fesyen pada umumnya. Saat ini produk-produk yang mereka hasilkan, antara lain tas, dompet, dan sepatu yang semuanya berasal dari bahan-bahan daur ulang, seperti kardus atau banner bekas yang dapat digunakan sebagai bahan dalam tas.
Selain itu, ada juga produk dekorasi rumah, seperti taplak meja, kursi, dan boks hamper yang mereka produksi dari sampah kemasan dan botol-botol bekas. “Kami berusaha memanfaatkan bahanbahan tersebut semaksimal mungkin,” ungkap gadis yang pernah dinominasikan sebagai Kartini Next Generation oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika ini.
Walaupun hasil daur ulang, Vania berusaha memprosesnya sebaik mungkin sehingga tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai seni dan fungsional sebagaimana mestinya.
“Karena kan kadang ada konsumen yang memandang sebelah mata produk-produk daur ulang,” ujarnya.
Di luar dugaan, ternyata inovasi daur ulang produk Heystartic, khususnya produk tas dan dompet yang terbuat dari kertas semen bekas, cukup diminati di pasaran. Banyak costumer yang menyangka jika produk-produk tersebut berasal dari kulit asli, tetapi kaget saat melihat harganya yang relatif terjangkau.
“Untuk harga cukup terjangkau, mulai Rp50 ribu–Rp800 ribu. Ada motif batik yang kami berikan langsung di atas kertas semennya, ada variasi eco-print-nya juga. selain itu, kami juga menggunakan kombinasi kain etnik Nusantara,” jelas alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Airlangga ini.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksinya, Vania be kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk warga, bank sampah, hingga perusahaanperusahaan yang memiliki komitmen terhadap lingkungan hidup.
“Mereka biasa nya akan menggandeng Heystartic sebagai mitra untuk kegiatan penyaluran CSR-nya (corporate social responsibility)."
Heystartic milik Vania ini cukup aktif dalam berbagai pameran produk bertemakan lingkungan hidup di berbagai kota besar di Indonesia. Tak hanya itu, Vania juga mengaku pernah membawa produk-produknya ke luar negeri, seperti Singapura, Australia, dan Belanda.
Sejauh ini produksi Heystartic masih sangat konvensional karena semuanya dikerjakan dengan tangan (handmade) sehingga proses pengerjaannya lebih lama dari berbagai produk fesyen dan garmen pabrikan.
Namun, terlepas dari kapasitas produksi yang masih terbatas, kata Vania, kelebihan utama dari produk-produk Heystartic justru ada pada komitmennya terhadap kelestarian lingkungan.
“Selain pemberdayaan masyarakat serta inovasi daur ulangnya, kami juga berkomitmen menerapkan carbon et hics. Seluruh proses produksi yang menghasilkan jejak karbon akan kami ‘tebus’ lewat penanaman pohon,” ujar Vania.
Gadis peraih green ticket yang sempat menghadiri Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Climate Action Summit pertama ini berpesan kepada generasi muda agar terus berjuang untuk membuat perubahan dan meng inspirasi banyak orang.
“Saya percaya begitu banyak anak muda yang telah membuat perubahan di daerahnya dengan aneka macam kreativitas dan kolaborasi yang luar biasa,” terang gadis yang pernah diundang dalam Seventh Global Entrepreneurship Summit di Silicon Valley 2016 ini. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved