Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Dorong Model Pendidikan Partisipatif dan Memerdekakan

Mediaindonesia.com
05/8/2020 22:32
Dorong Model Pendidikan Partisipatif dan Memerdekakan
Hari pertama sekolah di Bekasi.(Antara)

Pemerintah dan masyarakat harus terus mendorong model pendidikan partisipatif dan memerdekakan anak. Jaringan Pendidikan Alternatif, sebuah organisasi cair berisi para individu, komunitas, dan penyelenggara pendidikan alternatif menegaskan hal ini.

Program Organisasi Penggerak (POP) dan Program Guru Penggerak (PGP) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dinilai menjadi bagian dari inisiasi untuk menciptakan pendidikan yang selaras dan sesuai kebutuhan lingkungan dengan banyak ragam model yang ditawarkan kepada anak.

Koordinator Jaringan Pendidikan Alternatif Susilo Adinegoro menilai setiap terobosan yang bertujuan melibatkan masyarakat dalam pendidikan, patut diapresiasi. Pendiri Sanggar Anak Akar ini menilai, setidaknya terdapat tiga tujuan POP dan PGP sehingga masyarakat perlu memberi dukungan.

Baca Juga: Kemendikbud Luncurkan Merdeka Belajar Episode 5: Guru Penggerak

''Pertama, program tersebut membuka ruang masyarakat terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga tercipta budaya pembelajaran partisipatif,'' kata kata Susilo di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Menurutnya, program ini dilandasi semangat holobis hontul baris. Gotong royong yang menempatkan pendidikan sebagai gerakan kebudayaan.

Kedua, program ini memacu para guru menjadi seorang pembelajar dan bertumbuh bersama. Ketiga, melalui organisasi penggerak atau guru penggerak diharapkan mampu mendapatkan perspektif baru tentang pendidikan.

Susilo menjelaskan, ketiga tujuan itu dapat dicapai dengan syarat semua pihak yang terlibat berorientasi pada kepentingan terbaik anak. Anak atau siswa harus ditempatkan sebagai subjek, bukan lagi objek pendidikan.

Baca Juga: Guru Penggerak Diprioritaskan Jadi Kepala Sekolah

Apalagi, siswa adalah individu otonom, unik dan pribadi yang merdeka. Pendidikan harus menjadi upaya memerdekakan siswa sehingga tumbuh menjadi manusia kritis, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab pada lingkungannya.

Syarat berikutnya, para penggerak juga harus mau berubah dan terus belajar.

Menurut Susilo, sebagai penggerak, seseorang dituntut rendah hati. ''Ini syarat mutlak. Kendalanya tentu banyak. Saya membayangkan yang akan terjadi di lapangan, kendalanya mengubah cara berpikir lama memasuki budaya baru," imbuh Susilo.

Menurut dia, sebagai gerakan masyarakat yang difasilitasi pemerintah, berbagai program ini perlu dipikirkan mekanisme dan manajemennya sehingga bisa berlangsung terus atau berkelanjutan. Proses pendidikan juga harus terus dilakukan demi mengurangi kesalahpahaman akibat masyarakat belum terbiasa dengan perubahan yang menyentak.

Episode 4 dan 5 Merdeka Belajar
Seperti diketahui, POP dan PGP merupakan episode 4 dan 5 Kebijakan Merdeka Belajar Kemdikbud. Dalam dua program ini, pemerintah melibatkan organisasi masyarakat dan para guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Untuk bisa terlibat, berbagai rangkaian seleksi ketat dilakukan.

Belakangan POP menuai perdebatan setelah pemerintah mengumumkan para pemenangnya. Adapun PGP saat ini masih dalam proses pendaftaran.

Menurut Susilo, konsep Merdeka Belajar yang digagas Ki Hadjar Dewantara sangat kontekstual dan perlu dijalankan pemerintah. Dalam konsep itu, tujuan utama pendidikan adalah memerdekakan semua yang terlibat.

Pendidikan menjadi upaya terpadu yang disengaja untuk memerdekakan lahir dan batin manusia dan mampu menyatukan budi (pikiran) dan pekerti (tenaga) sehingga menciptakan harmonisasi individu dengan lingkungan sosialnya. Kemerdekaan seseorang juga tidak dapat mengganggu kemerdekaan orang lain.

Baca Juga: Guru Penggerak Kunci Sukses Pendidikan Indonesia

"Tidak mungkin anak merdeka jika orang dewasa, guru, legislator, dan eksekutif belum merdeka cara berpikir dan bertindaknya," kata dia.

Susilo menegaskan, pendidikan juga tidak boleh dikotak-kotakan dengan istilah formal dan non-formal. Hakikat pendidikan adalah menuntun setiap pembelajar menemukan dirinya sebagai manusia utuh yang tumbuh berkembang untuk memuliakan kehidupan. Adapun formal dan non-formal hanyalah cara dan metode mencapai tujuan itu.

"Sebagian besar masyarakat, termasuk saya, merupakan produk pendidikan yang tidak merdeka dimana siswa dibelenggu kemauan pemerintah," kata Susilo. "Akibatnya, pendidikan melahirkan profil siswa yang tidak kritis dengan nalar pendek dan sulit beradaptasi dengan realitas yang ada," dia memungkasi.

Baca Juga: Telah Dibuka Seleksi Pendamping dan Fasilitator Guru Penggerak

Memajukan pendidikan nasional
Direktur Indonesia Mengajar, Ayu Apriyanti sebelumnya menilai keberagaman organisasi penggerak menjadi bukti gotong-royong memajukan pendidikan nasional. Ia berharap program ini bisa jadi aksi konkret gotong royong masyarakat untuk pendidikan Indonesia.

"Sejak awal ini bukan tentang Organisasi Penggerak tapi tentang anak-anak Indonesia, kami berharap pendidikan anak Indonesia bisa selalu jadi tujuan akhirnya," ujar Ayu.

Dia memperkirakan, akan ada banyak warna yang turut melukis kemajuan pendidikan di Indonesia. Keberagaman berbagai pihak yang terlibat juga menjadi gambaran bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak.

"Akan ada banyak pembelajaran di sepanjang proses dan kami yakin, selain anak-anak, guru dan kepala sekolah, siapapun yang terlibat akan ikut bertumbuh ketika menjalankan program ini," tambah Ayu. (OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik