Dorong Masyarakat Kelola Sampah Plastik

(Rif/Ant/ X-7)
01/8/2020 03:30
Dorong Masyarakat Kelola Sampah Plastik
Petugas membuat paving block dari limbah sampah plastik di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)(ANTARA /ARIF FIRMANSYAH)

UNTUK membantu mengurangi sampah plastik, pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga mendorong masyarakat agar melakukan daur ulang sampah plastik.

Bahkan KLHK telah mengeluarkan regulasi terhadap produsen untuk bertanggung jawab atas sampah produknya. Artinya, para produsen bisa melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan penarikan kembali atas limbah packaging-nya.

“Ini sudah mulai bergerak, teman teman produsen, bahkan ada yang sudah berkolaborasi dengan sejumlah bank sampah yang dikelola masyarakat untuk penarikan packaging-nya yang jadi sampah,” kata Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar saat dihubungi di Jakarta.

Ia juga memahami bahwa dalam mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan limbah sampah bukan hal yang mudah. Namun, Novrizal percaya jika masyarakat selalu melakukan pendekatan tersebut, perlahan akan mulai terbiasa.

“Bagaimanapun kampanye harus terus dilakukan tentunya ini bukan persoalan mudah. Ini kan persoalan kultural serta persoalan prilaku ya, itu saya pikir kalau nanti sudah menjadi gaya hidup dengan sendirinya juga pelan-pelan akan mengalami perubahan,” harapnya.

Untuk itu, lanjut Novrizal, upaya mendorong ada perubahan paradigma dari setiap orang terkait pengelolaan limbah sampah plastik harus terus dilakukan.

Bayar uang sekolah

Salah seorang warga yang telah memiliki perubahan paradigma tentang sampah ialah Asri Astianingsih. Ia ialah seorang pegiat Bank Sampah Sakinah di Jalan Karang Putih, Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatra Barat. Asri Astianingsih tetap semangat dan terus berupaya mencari solusi agar sampah bisa berkurang dan dapat dikelola dengan baik.

“Dengan modal Rp200.000 dari uang pribadi saya mendirikan Bank Sampah Sakinah pada 2016. Ide itu datang setelah saya pulang dari Surabaya saat berlibur.

Di Surabaya, saya melihat kota itu sangat bersih dari sampah, terutama sampah plastik. Setelah saya telusuri ternyata di kota itu banyak penggiat bank sampah,” tuturnya.
Asri mengaku mengalami kesulitan saat pertama kali melakukan pengelolaan Bank Sampah. Bahkan, ia hanya berhasil mengumpulkan 40 orang nasabah.

Hingga berjalan setahun, jumlah nasabah bank sampahnya masih sedikit dan tidak pernah bertambah. “Karena masih banyak masyarakat yang belum teredukasi mengenai pengelolaan sampah. Saya coba menginformasikan untuk membeli sampah plastik yang dikumpulkan warga di kelurahan dengan harga tinggi, yaitu Rp6 ribu/kg.

Ternyata masyarakat mulai tertarik dan nasabah bank sampah pun mulai bertambah menjadi 100 lebih,” tambahnya. Kini Bank Sampah Sakinah memiliki 475 nasabah tetap dan beberapa orang nasabah lainnya. Bahkan Asri pun meluncurkan program pembayaran uang sekolah taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD) miliknya
dengan menggunakan sampah plastik. Program itu sudah dimulai sejak 2017.

“Ke depan saya berencana mengadakan pembayaran uang sekolah menggunakan sampah plastik tidak hanya bagi murid kurang mampu, tetapi untuk seluruh peserta didik yang bersekolah di TK saya.

Tujuannya membantu menekan jumlah sampah plastik dan memotivasi seluruh warga agar peduli dengan sampah plastik,” ujar Asri. (Rif/Ant/ X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya