Rabu 29 Juli 2020, 18:05 WIB

Pengadaan APD Tidak Transparan Rugikan Banyak Orang

Selamat Saragih | Humaniora
Pengadaan APD Tidak Transparan Rugikan Banyak Orang

Antara
Ilustrasi.

 

PENGADAN Alat Pelindung Diri (APD) pencegahan wabah Covid-19 di pusat krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diminta untuk transparan dan tetap mengedepankan produk yang berkualitas dari perusahaan-perusahaan yang berpengalaman dibidangnya. Apalagi saat ini tenaga medis sangat membutuhkan APD berupa baju hazmat dan barang yang lain terkait penanganan Covid-19.

"Sebelumnya pengadaan APD dan barang lainnya berjalan lancar, transparan dan mudah. Tetapi beberapa bulan ini kok menjadi tidak lancar pengadaan setelah dipusatkan di Pusat Krisis Kemenkes RI, Jadi hati saya bertanya-tanya ada apa ini?," kata mantan Dirut Indofarma Global Medika, Ary Gunawan Murtomo di Jakarta, Rabu (29/7).

Selain itu, pemerintah juga diminta memperhatikan keberadaan perusahaan pengadaan alat kesehatan yang sudah memproduksi tapi tak terserap.

"Kasihan perusahaan cash flownya terhambat. Dampaknya nasib buruh juga dipertaruhkan. Karena barang numpuk tidak terserap, padahal kebutuhan APD sangat mendesak sampai butuh jutaan APD, tapi kok penyerapannya terhambat, ada apa ini?," tanyanya.

Menurut Ary, pengadaan APD di Pusat Krisis Kementerian Kesehatan sejak 7 Mei 2020, sampai sekarang hampir dua bulan tidak ada pengadaan lagi. Padahal berdasarkan informasi dari BNPB, anggarannya sudah disediakan, terkait Covid-19 ini.

Baca Juga: Masih Ada Harapan untuk Catat Pertumbuhan Ekonomi Positif

“Saya dengar dari BNPB dananya sudah ada. Ini apa takut melaksanakan atau apa saya kurang mengerti,” ujarnya.

Ary mengatakan sekarang ini sudah memasuki fase new normal, seharusnya pengadaan dikembalikan ke Direktorat masing-masing dalam hal ini Pelayanan Kesehatan (Yankes) dan Pelayanan Farmasi (Yanfar).

“Kenapa tidak dikembalikan ke Yankes dan Yanfar saja. Sebelum pengadaan di Pusat Krisis Kemenkes, menurut saya baik-baik saja dan normal Jadi ada ada apa nih? Kok sekarang jadi lambat, tidak ada pengadaan,” katanya.

Ary menuturkan, seharusnya perusahaan yang mensuplai alat kesehatan di Kemenkes dan pelayanan kesehatan lainnya di provinsi dan kabupaten terkait produk-produk Covid-19, haruslah perusahaan yang mempunyai pengalaman dan track record yang baik.

“Sebab itu dampaknya bisa membahayakan, karena terkait dengan quality produk. Kalau penyedia alat kesehatan yang sudah berpengalaman, tentu dari segi perizinan sudah komplit dan teruji, seperti Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) serta sistem manajemen lainnya yang akan menjamin bahwa tenaga kesehatan akan mendapatkan good quality product,” jelasnya. (OL-13)

Baca Juga

Ist

Eksplorasi Penampilan, Bergaya Makin Stylish dengan Pattern Style

👤Media Indonesia 🕔Jumat 22 September 2023, 00:00 WIB
Memadukan fashion item dengan motif pattern bisa membuat penampilan terlihat lebih menarik, kreatif, dan...
Ist

Nicholas Saputra Jadi Brand Ambassador Sekaligus Creative Director Mondial

👤Deri Dahuri 🕔Kamis 21 September 2023, 23:02 WIB
Aktor Nicholas Saputra juga ditunjuk sebagai Creative Director untuk koleksi kolaboratif pertama yang dinamakan Mondial Precious x Nicholas...
Ist

Imprint Penerbit Erlangga Terbitkan Buku 'Berguru Kepada Kiai Sahal'

👤Media Indonesia 🕔Kamis 21 September 2023, 22:27 WIB
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Gus Savic Ali yang berbicara tentang peran Kiai Sahal dalam pengembangan pendidikan di...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya