Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
HATI, 35, sudah berkendara bersama dua anaknya, Novan, 8 dan Jessi, 6 dari Bintaro menuju Planetarium di Jakarta Pusat sejak Rabu (9/3) subuh untuk menyaksikan fenomena langka gerhana matahari total (GMT). Novan dan Jessi bahkan membuat sendiri filter ultravioletnya dari lembar filter yang dibeli ayahnya dengan bingkai kertas karton lantaran kaca mata khusus yang dipasarkan di beberapa toko buku sudah habis terjual.
Sayangnya, Planetarium yang menjadi tujuan mereka sudah buka sejak pukul 03.00 WIB dan sudah penuh sesak dipadati warga ibu kota yang antusias menunggu GMT saat mereka tiba. Tak mau kehilangan momen, Hati pun memboyong buah hatinya ke kawasan Jalan Layang Kuningan, tak jauh dari Planetarium.
"Sudah penuh disana, ya sudah, kami ke sini saja. Pemandanganya juga bagus disini," ujar Hati.
Matahari pagi itu memang terik, maklum saja, di Jakarta umbra bulan hanya menutup 88% matahari saja pada puncak gerhana. Namun, animo warga tidak surut, terbukti sejak pukul 02.00 WIB ribuan orang sudah mengantre di Planetarium untuk mendapat kaca mata khusus secara gratis. Pihak planetarium juga menyediakan 8 teleskop yang disebar di sejumlah titik bagi pengunjung yang ingin melihat lebih detil.
"Saya datang jam 4 saja antrean sudah panjang begini," ujar Hera, 26, salah satu pengunjung planetarium di tengah antrean yang mengular.
Hera datang dari Bekasi bersama empat temannya guna mendapat pemandangan yang langka. Setelah berpeluh mengantre, para pengunjung digiring ke area lapang untuk mendapat tempat terbaik memandangi pertemuan dua benda langit tersebut.
Sementara yang tidak tertampung seperti Hati mencari tempat strategis lain untuk turut menyaksikan GMT, salah satunya jalan layang Kuningan. Menariknya, di sana para orangtua berupaya menerangkan pada putra-putrinya mengenai fenomena GMT, jauh berbeda dengan situasi yang banyak diberitakan media asing saat GMT 11 Juni 1983 lalu.
"Wah, mataharinya mirip oreo," seru Mesa, 7 kepada saudara kembarnya, Yovan. Meski senasib dengan Hati, keluarga Mesa tetap antusias memotret yang bergantian menatap matahari perlahan tertutup bulan di langit timur Jakarta. Berto, 40, ayah dari si kembar tak henti-hentinya memberi penjelasan kepada kedua putranya mengenai gerhana.
"Mataharinya ditutup bulan, ini nanti lama lagi baru terjadi," kata Berto yang tinggal di kawasan Kemang, tak jauh dari jembatan layang tersebut.
Keluarga Irvan, 34 pun melakukan hal serupa kepada dua putri mereka, Lana, 6, dan Naima, 3. Menurut Irvan mereka sudah berbulan-bulan menggali fenomena GMT dan fenomena bulan merah yang terjadi sebelumnya. Lana dengan antusias menerangkan dengan imajinasinya mengenai GMT.
"Kamu tau nggak, sebelumnya kan bulannya merah kayak hidung badut. Itu ciri-cirinya mau gerhana," celoteh Lana.
Gerhana mencapai puncaknya sekitar pukul 07.20 WIB. Meski tidak gelap gulita, selama beberapa saat Jakarta terlihat mendung sebelum akhirnya kembali benderang. "Kak, mataharinya seperti bulan sabit. Mungkin nanti kalau aku sudah nenek-nenek baru bisa lihat lagi," tukas Lana. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved