Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
PANDEMI covid-19 turut berdampak pada pengobatan antiretroviral (ARV) pasien HIV/AIDS. Suplai obat yang harusnya diberikan satu hingga tiga bulan itu sempat terganggu di awal pandemi. Meski kini stok obat tersebut mulai tersedia, kekhawatiran lain masih menyergap di benak mereka.
Hal itu diungkapkan anggota Jaringan Indonesia Positif Timotius Hadi dalam diskusi di BNPB, Jakarta, beberapa waktu lalu. Ia menegaskan, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) rentan terinfeksi covid-19 karena imun tubuhnya yang lemah. Karena itu, Timotius mempertanyakan jaminan keamanan layanan kesehatan ODHA karena mereka harus berulang kali datang ke puskesmas untuk mengambil obat ARV.
“Kalau di Jakarta enaknya bisa di-multimonth, resepnya dibikin dua bulan. Jadi satu kali datang bisa mendapatkan dua bulan. Tapi untuk teman-teman di daerah itu kesulitan,” sebut Hadi.
ARV adalah jenis obat yang dapat digunakan untuk memperlambat perkembangan virus HIV yang bekerja dengan cara menghilangkan unsur yang diperlukan oleh virus HIV untuk menggandakan diri. ARV juga mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4 atau sel darah putih yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh.
Saat ini terdapat 109.676 ODHA di Indonesia, tapi baru 65.606 penderita yang terdeteksi. Badan AIDS PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kekurangan stok ARV dan meminta seluruh negara mengantisipasinya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI Wiendra Waworuntu mengakui suplai obat terganggu, bersamaan dengan kebijakan lockdown di sejumlah negara. “Tapi saat ini obat sudah tersedia di semua layanan,” ujarnya.
Begitu juga dengan layanan di faskes pemerintah. Ia meminta para ODHA untuk disiplin meminum obat dan menjaga diri dengan protokol kesehatan selama beraktivitas di luar rumah.
“Jangan berpikir bahwa saya meminum obat ARV nanti saya tidak akan terkena covid-19, karena buktinya covid-19 bisa menyerang siapa saja. Kita tetap harus tetap waspada,” tambahnya lagi.
Menurutnya, pemerintah akan melakukan tes viral load ODHA pada bulan ini hingga September 2020 mendatang. Pemeriksaan itu akan dilakukan besar-besaran untuk mengetahui seberapa rentan orang dengan HIV/AIDS menularkan penyakit.
“Datanglah ke 90 laboratorium yang sudah ditunjuk dan lokasinya dekat dengan tempat tinggal ODHA,” kata dia. (Fer/Ant/H-2)
Penambahan itu membuat jumlah ODHA mencapai 1.456 orang, dengan angka kematian 256 orang.
Kasus HIV/AIDS memang cenderung mengalami peningkatan cukup signifikan terjadi sejak 2022.
Pemkab Manggarai Barat, NTT, mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan tes VCT (Voluntary Counselling and Testing) guna mendeteksi HIV secara dini.
Faktor rasa malu dan diskriminasi masih menjadi kendala utama. Banyak ODHA memilih memeriksakan diri di tempat jauh agar tidak dikenali lingkungan sekitar.
Skrining sudah dilakukan terhadap 177.984 orang, 83 orang positif,
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved