Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa yang terjadi secara beruntun pada Selasa (7/7) ini tidak saling terkait.
Gempa Laut Jawa di Utara Jepara berkekuatan 6,1 SR yang terjadi pukul 05.54 WIB. Kemudian, gempa Selatan Banten 5,1 SR terjadi pukul 11.44 WIB dan gempa Selatan Garut berkekuatan 5,0 SR terjadi pukul 12.17 WIB. Adapun gempa Selatan Selat Sunda 5,2 SR terjadi pukul 13.16 WIB. Deretan gempa berada pada sumber yang berbeda, kedalaman yang berbeda dan juga mekanisme yang berbeda.
"Sebenarnya apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing," ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, dalam keterangan tertulis, Selasa (7/7).
Baca juga: Gempa 5,4 SR Guncang Rangkasbitung Banten
Menurutnya, masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan, mencapai stress maksimum, hingga mengalami rilis energi sebagai gempa.
"Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Kita memiliki banyak sumber gempa. Jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktu relatif berdekatan, itu hanya kebetulan saja," pungkas Rahmat.
Terkait rentetan gempa sebagai pertanda gempa besar, dia menilai hal ini sulit diprediksi. Namun, adanya rentetan aktivitas gempa tentu patut diwaspadai. Dalam ilmu gempa atau seismologi, ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka.
"Setiap gempa besar hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Tetapi, rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar," paparnya.
Baca juga: Gempa Jepara-Banten, Lempeng Indo-Australia Generator Gempa Kuat
Kendati demikian, dia tidak memungkiri banyak pertanyaan dari masyarakat terkait gempa yang terjadi di Banten Selatan dan Selatan Garut. Dalam hal ini, apakah bersumber dari sumber gempa yang sama. Namun, dia kembali menegaskan kedua gempa tersebut bersumber dari sumber gempa yang berbeda.
Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer. Sementara itu, Gempa Selatan Garut dan Selatan Selat Sunda dipicu deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust.
Guncangan gempa berkekuatan 5,1 SR yang bersumber di Lebak sangat dirasakan warga Jakarta. Hal itu disebabkan fenomena efek tapak (local site effect), di mana tanah lunak yang tebal di wilayah Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa.(OL-11)
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk udara kabur, cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan
GEMPA bumi bermagnitudo 6,0 yang mengguncang wilayah Poso, Sulawesi Tengah, pada Rabu (23/7) pukul 21.06 WITA, mengakibatkan tiga rumah warga mengalami kerusakan.
BMKG mencatat sebanyak 11 gempa susulan terjadi setelah gempa utama bermagnitudo 6,0 yang mengguncang wilayah Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/7) malam.
Poso, Provinsi Sulawesi Tengah diguncang gempa bumi, Kamis (24/7). Gempa bumi itu merupakan gempa dangkal dan tidak berpotensi tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Kamis 24 Juli 2025. Cuaca diperkirakan akan cukup bersahabat.
Bibit Siklon Tropis 99W terpantau di perairan barat Filipina yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi yang memanjang di Laut Cina Selatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved