Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
JURU bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 Achmad Yurianto menyatakan penanganan wabah virus korona di negara lain tidak serta-merta bisa direplikasi di Indonesia. Pasalnya, kondisi setiap negara dalam aspek epidemiologinya dipandang bisa berbeda-beda.
"Pengalaman dari berbagai negara yang dalam merasa mampu mengendalikan kemudian dijadikan pembanding. Padahal belum tentu kondisi negara satu dengan negara yang lain di dalam aspek epidemiologi sama persis, tidak ada itu," ungkap Yurianto dalam diskusi di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (20/6).
Baca juga: Giliran Adik Megawati Tolak RUU Haluan Ideologi Pancasila
Yurianto mengatakan perbincangan seputar penanganan covid-19 dalam beberapa waktu belakangan muncul suatu anggapan terhadap negara-negara yang dinilai mampu mengendalikan wabah.
Seringkali, imbuhnya, pengalaman suatu negara yang dinilai berhasil menangani covid-19 kemudian dianggap sebagai jalan keluar yang paling benar.
"Kadang-kadang pengalaman seseorang untuk berhasil menangani dianggap itu yang terbenar. Ada yang mengatakan kita menggunakan herbal ini bagus, kalau perlu semua pakai. Padahal belum tentu sama orang lain juga cocok, obat pun juga begitu," ujarnya.
Baca juga: Dokter Reisa: Rapid Test tidak Sama Dengan Karantina
Yurianto menyebut selama ini belum ada negara yang memiliki pengalaman yang paling tepat dalam menangani pandemi covid-19. Terlebih, dampak pandemi juga tidak hanya menyangkut masalah kesehatan tapi juga menggoncang ekonomi dan sosial.
Hingga saat ini, lanjutnya, otoritas kesehatan dunia pun belum mengetahui cara penanganan covid-19 yang paling mujarab, sebab virusnya belum benar-benar dikenali. Vaksinnya pun belum tersedia dan masih terus dikembangkan.
"Dampaknya ke mana-mana, masalah ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Kemudian tidak ada satu pun negara yang memiliki pengalaman paling pas," jelas Yurianto.
Baca juga: Masuki New Normal, Mensos: Protokol Kesehatan Harga Mati
Dalam kondisi ketidakpastian itu, menurut Yurianto, pemerintah menganggap salah satu kunci penanganan covid-19 ialah manajemen informasi. Informasi yang baik dan benar dinilai dapat membuat masyarakat menjadi paham dan menyadari penanganan covid-19. Kerja sama global dalam naungan Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga dijadikan sebagai salah satu acuan penangan.
"Baik kepada masyarakat agar tidak panik, kepada pemerintah agar bisa mengatur strategi yang paling tepat untuk situasi dan kondisi wilayah masing-masing, dan tentunya di bidang kesehatan ini kerja sama global yang diorganisasikan WHO yang menjadi salah satu acuan kita," pungkas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu. (X-15)
JAGA Pemilu khawatir pelanggaran dalam pemilihan umum (pemilu) menjadi kebiasaan yang diwajarkan alis ‘new normal’di masa depan.
Konsekuensi daerah yang telah ditetapkan berada di level 1 berarti kegiatan masyarakat bisa dikatakan dapat beroperasi normal dengan kapasitas maksimal 100% di berbagai sektor.
Rumah mengangkat konsep Tropical Modern ramah lingkungan dan didesain untuk menjawab kebutuhan hunian di era new normal.
Kebijakan pelonggaran penggunaan masker di ruang terbuka, diharapkan tidak menimbulkan euforia berlebihan yang berakibat abai terhadap protokol kesehatan yang masih harus diterapkan.
Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan mobilitas masyarakat terus mengalami peningkatan dalam dua pekan terakhir dan menjadi yang tertinggi selama masa pandemi covid-19.
SAAT ini kita tengah memasuki masa pra kondisi menuju transisi pandemi menjadi endemi. Secara gradual, pembatasan sosial memang sudah dilonggarkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved