Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pengentasan Stunting Bisa Manfaatkan Pangan Lokal

Atalya Puspa
09/6/2020 17:24
Pengentasan Stunting Bisa Manfaatkan Pangan Lokal
Warga di Desa Sentral, Banten, membawa anak mereka ke posyandu untuk ditimbang.(Antara/Muhammad Bagus)

BERDASARKAN riset kesehatan kasar 2018, menunjukkan prevalensi balita underweight 17,7%, stunting 30,8%, wasting 10,2% dan obesitas 8%. Artinya, masalah pemenuhan gizi ibu dan anak di Indonesia masih membutuhkan perhatian serus.

Perwakilan Konsorsium Pangan Bijak Nusantara, Cristina Eghenter, berpendapat  masalah gizi buruk seharusnya tidak muncul jika pemerintah mendorong pemanfaatan pangan lokal.

"Secara umum, kita memiliki lebih banyak pilihan sumber pangan sebagai sumber nutrisi alternatif. Dari sumber pangan yang bukan beras," ucap Cristina dalam diskusi virtual, Selasa (9/6).

Baca juga: Covid-19 Juga Ancam Anak Penderita Stunting

Namun, masalah yang mengemuka saat ini ialah kurangnya minat pangan lokal di tengah masyarakat. Selain itu, upaya pemerintah dalam menyediakan lahan dan mendukung petani daerah juga dinilai kurang.

"Perlu edukasi terkait nutrisi pangan lokal. Tantangannya, bagaimana terus mengubah informasi menjadi lebih popular. Sehingga anak muda lebih cepat menangkap, dan lebih cepat paham terkait informasi ini," lanjutnya.

Peneliti Lembaga Studi Dayak-21, Marko Mahin, menceritakan pemanfaatan pangan lokal oleh masyarakat adat Kalimantan Tengah. Dalam penelitian mikro di tiga desa, yakni Tewang Karangan, Dahian Tunggal dan Tumbag Lawang, menunjukkan wilayah tersebut memiliki varietas pangan nabati yang sangat tinggi. Sumber pangan itu dimanfaatkan masyarakat setempat dengan maksimal.

Baca juga: Penanganan Covid-19 di Desa Sudah Capai Rp 2,8 Triliun

"Terdapat 108 jenis padi, 30 jenis ketan, 119 jenis buah-buahan dan 172 jenis sayur. Baik budidaya maupun yang tumbuh alami di sekitar mereka," papar Marko.

Dengan kekayaan tersebut, 65% masyarakat memenuhi kebutuhan gizi dari tanaman yang tumbuh di sekitar. Mereka juga tidak membeli bahan pangan ke pasar. Pemenuhan nutrisi di wilayah tersebut tergolong baik.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya