Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Dengarkan Masukan Pakar dan IDAI

Atikah Ishmah Winahyu
29/5/2020 05:40
Dengarkan Masukan Pakar dan IDAI
Siswa mengerjakan tugas sekolah di rumahnya guna mencegah penyebaran COVID-19 di Pekanbaru, Riau.(ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

PEMERINTAH dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) diimbau untuk mende­ngarkan berbagai masukan pakar pendidikan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk menentukan metode pembelajaran paling efektif di tengah pandemi covid-19 yang masih terjadi saat ini.

“Penting juga belajar dari negara lain untuk melihat metode paling efektif, termasuk ke negara yang sudah terlebih dahulu membuka kegiatan di sekolah sebelum masuk tahun ajaran baru,” kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat, kemarin.

Imbauan itu disampaikan di tengah keresahan banyak orangtua siswa terkait proses pembelajaran anak-anak mereka sekarang dan persiapan tahun ajaran baru 2020/2021.

Rerie, sapaan akrab Lestari, menilai masukan dari berbagai pakar bisa dijadikan bahan bagi otoritas pendidikan dalam mengambil keputusan secara bijaksana.

Umpamanya IDAI menyebutkan hingga 18 Mei 2020, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) usia anak mencapai 3.324. Sebanyak 129 anak berstatus PDP meninggal dunia. Temuan itu menunjukkan tidak benar kelompok usia anak tidak rentan terhadap covid-19.

“Apakah perlu membuka tahun ajaran baru dalam waktu dekat dengan pelonggaran kebijakan, atau melanjutkan dan memperkuat sistem belajar di rumah sepanjang pandemi masih terjadi,” ujar legislator Partai NasDem itu.

Apabila pemerintah hendak membuka kembali kegiatan belajar meng­ajar di sekolah, menurut Rerie, perlu dipikirkan bagaimana pengaturannya agar sesuai dengan protokol kesehatan. Sebaliknya bila tetap melanjutkan pembelajaran dari rumah, imbuhnya, perlu segera mengevaluasi proses belajar jarak jauh yang sudah berjalan.

Tak sedikit yang khawatir dengan keselamatan putra-putri mereka jika pemerintah membuka sekolah dalam waktu dekat ini. “Kasihan kalau anak-anak masuk sekolah, siapa yang mau jamin anak saya tidak kena (covid-19)?” kata Menik, seorang wali murid di Malang, Jawa Timur.

“Kalau belajar via daring memang agak ribet, tapi kalau belajar di sekolah, ya gimana. Daripada kena korona mending (belajar) di rumah aja,” kata Raisah, siswi SDN Tamanharjo 1 Singosari, Malang.

Belajar di rumah

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pun meminta pemerintah tidak tergesa-gesa dan memikirkan dengan matang wacana pembukaan sekolah dalam waktu dekat ini. FSGI berpendapat keselamatan siswa dan guru harus jadi prioritas. Hal itu mengingat kasus di negara lain, seperti di Prancis, Finlandia, dan Korea Selatan, yakni guru dan siswa dinyatakan positif covid-19 setelah sekolah dibuka kembali.

“Jika kondisi penyebaran covid-19 masih tinggi, opsi memperpanjang metode pembelajaran jarak jauh di rumah ialah yang terbaik,” kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI, Satriwan Salim, kemarin.

FSGI juga mendesak pemerintah pusat dan daerah memperbaiki komunikasi, koordinasi, dan pendataan terkait dengan penyebaran covid-19. Menurutnya, koordinasi dan komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah sejauh ini terbilang buruk, seperti yang terlihat dalam pendataan bansos. “Ini penting dilakukan sebab pemda yang paling memahami daerahnya,” ujarnya.(Bay/Ata/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik