Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

BMKG: Misteri Dentuman Belum Juga Terpecahkan

Ferdian Ananda Majni
14/4/2020 14:28
BMKG: Misteri Dentuman Belum Juga Terpecahkan
Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau terlihat dari pinggir pantai di Desa Pasauran, Serang, Banten.(Antara/Muhammad Bagus )

SUARA dentuman yang beberapa kali didengar warga Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (11/4) dini hari masih menyimpan misteri. Hingga saat ini, belum ada pihak yang bisa memastikan penyebab sumber bunyi dentuman, berikut bukti ilmiahnya.

Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan dugaan sementara sumber suara dentuman dari berbagai pihak sudah dikemukan walau memiliki kelemahan, yakni gempa tektonik. Mengingat, gempa tektonik dapat mengeluarkan bunyi ledakan jika magnitudonya cukup signifikan dengan hiposenter sangat dangkal.

"Suara ledakan yang timbul saat gempa biasanya hanya sekali saja saat terjadi deformasi batuan utama. Tidak seperti dentuman yang beruntun terus menerus seperti waktu itu," papar Daryono dalam keterangan resmi, Selasa (14/4).

Baca juga: Dear Netizen, Dentuman Dini Hari Tadi Bukan dari Anak Krakatau

Menurutnya, ada pihak yang mengaitkan suara dentuman dengan peristiwa gempa Bantul, Yogyakarta, sekitar 2006. Dalam beberapa kasus, gempa Bantul memang menimbulkan suara dentuman. Namun, bunyi dentuman tidak terus menerus, dengan satu gempa menghasilkan satu detuman.

Gempa Bantul dapat mengeluarkan bunyi karena sumbernya dangkal dan dekat zona karst, yang bawah permukaannya berongga. Sehingga, dapat menjadi sumber bunyi jika ada pukulan gelombang seismik.

"Di Bantul, setiap terjadi dentuman maka sensor seismik selalu mencatat sebagai event gempa. Sementara saat terjadi dentuman kemarin, sensor gempa BMKG tidak mencatat adanya gempa. Berdasarkan fakta ini, rangkaian suara dentuman Sabtu pagi tidak berkaitan dengan aktivitas gempa tektonik," jelas Daryono.

Menyoroti dugaan peristiwa longsoran. Daryono menekankan longsoran yang dipicu deformasi batuan yang melampaui batas elastisitas, akan menimbulkan pelepasan energi secara tiba-tiba. Sehingga dapat mengeluarkan suara dentuman.

Baca juga: BMKG Pastikan Suara Dentuman Bukan Akibat Gempa

Kendati demikian, peristiwa longsoran tidak mungkin terjadi secara berulang-ulang, sebanyak dentuman yang didengarkan masyarakat. Selanjutnya terkait Skyquake, yakni istilah sekelompok komunitas untuk menyebut suara yang datang dari langit. Masyarakat awam pun banyak mengunakan istilah skyquake. Padahal belum memahami konsep ilmiahnya.

Terdapat beberapa konsep mapan terkait bunyi yang bersumber dari peristiwa atmosferik, yaitu acoustic wave, infrasonic wave dan sonic boom. Saat terjadi dentuman, lanjut Daryono, tidak ada laporan dari stasiun pendeteksi sonic boom dan tidak ada pesawat terbang dengan kecepatan suara.

"Sehingga fenomena skyquake sebagai sumber dentuman saat itu terbantahkan," tukasnya

Menyinggung aktivitas Petir. Beberapa literatur menyebut kondisi atmosfer ideal suara petir paling jauh terdengar 16-25 km. Dengan jarak jangkauan dengar tersebut, sulit diterima jika petir yang sama dapat didengar masyarakat di Bogor, Tangerang, Bekasi dan Palabuhanratu.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya