Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Zero Waste Generation untuk Indonesia Bebas Sampah

Mediaindonesia.com
29/1/2020 11:54
Zero Waste Generation untuk Indonesia Bebas Sampah
Talk Show dalam rangka Ulang Tahun Ke-50 Media Indonesia di Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (28/01/2020).(MI/RAMDANI)

Zero Waste Generation: Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berancun dan Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati (kedua kanan) didampingi Chief CSR Officer Media Group Lisa Luhur (kanan) bersama para pemenang lomba vlog Zero Waste Competition hadir dalam talk show dalam rangka Ulang Tahun Ke-50 Media Indonesia di Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (28/01/2020).

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan pentingnya peran serta generasi muda sebagai upaya mengubah pola pikir (mindset) akan lingkungan dan pengelolaan sampah dalam upaya membebaskan Indonesia dari
gurita sampah.

Melalui kegiatan Zero Waste Ge­neration, KLHK ingin memunculkan sejumlah generasi muda untuk menjadi influencer bagi keluarga, teman, serta masyarakat akan kesadaran lingkungan dan pengelolaan sampah yang baik.

“Generasi muda itu adalah gene­rasi yang harus digandeng untuk pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah yang baik. Contoh kecil misalnya, kalau anak-anak kecil ini sudah punya pemahaman dan pola pikir yang bagus akan pengelolaan sampah, kita orang tua pasti akan malu,” tutur Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK, Rosa Vivien
Ratnawati, dalam rangka Ulang Tahun Ke-50 Media Indonesia di Jakarta, Selasa (28/1).

Ia mencontohkan terkait dengan penggunaan plastik dalam ke­seharian seperti sedotan (plastik). Menurut dia, penggunaan sedotan plastik di Indonesia sudah sangat masif. Setidaknya Indonesia menghasilkan hingga 93 juta sampah sedotan plastik dalam sehari. Bahkan, menurutnya, jika dijejerkan seluruh sampah tersebut dari Jakarta sudah sampai ke Meksiko.

Vivien menilai para generasi muda yang mengikuti kompetisi vlog Zero Waste Generation sudah dapat dikatakan sebagai influencer lingkungan.

Oleh sebab itu, ia berharap generasi muda ini dapat menyampaikan kepada teman, keluarga, hingga lingkungan sekitarnya tentang pentingnya pengurangan sampah plastik.

Vivien mengakui hal itu tidaklah mudah, terutama bila dikaitkan dengan kebiasaan saat ini menggunakan sedotan dan plastik. Bahkan, anaknya sendiri pun pernah memprotes anjurannya untuk tidak menggunakan plastik.

“Jadi beri tahu temannya saat jajan di sekolah agar jangan menggunakan sedotan plastik. Juga kalau ibunya belanja agar menggunakan tas belanja dan bukan kantong kresek sekali pakai,” ujar Vivien.

Menurutnya, upaya pengurangan kantong plastik tersebut akan sangat efektif dalam mengurangi jumlah sampah plastik. Misalnya saja di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang telah menerapkan larangan kantong kresek dari 2016 kini mampu mengurangi buangan sampah kantong kresek hingga 50 juta kantong kresek ke tempat pembuangan akhir (TPA) dalam satu bulan.

Untuk saat ini memang upaya pelarangan dan pembatasan penggunaan kantong kresek baru diterapkan kepada toko swalayan (supermarket) atau ritel besar karena paling mudah dilakukan. Namun, secara bertahap ke depan akan dilakukan perluasan hingga ke pasar-pasar tradisional.

“Memang plastik sekali pakai memang tidak bisa langsung kita hilangkan begitu saja karena memang untuk mengganti plastik organik yang biayanya mahal. Tetapi pemerintah melalui KLHK mengeluarkan peraturan menteri untuk meminta kepada penghasil kemasan plastik untuk mengganti kemasannya dengan bukan yang sekali pakai. Tetapi tidak sekali langsung dite­rapkan, karena susah, jadi dalam waktu 10 tahun diharapkan kita bisa bebas dari plastik sekali pakai,” terang Vivien.

Membina generasi muda

Dalam kesempatan tersebut, Vivien juga menyempatkan diri menjawab sejumlah pertanyaan dari para finalis vlog Zero Waste Generation serta para reporter cilik yang bertanya terkait isu lingkungan dan pengelolaan sampah.

Vivien pun mengaku kagum dengan kesadaran dan perspektif dari para generasi muda cilik yang sangat peduli dengan pengelolaan sampah dan lingkungan.

“Kami sangat mengapresiasi anak-anak yang sudah luar biasa akan perspektif tentang pengelolaan sampah yang baik dan zero waste. Karena di tangan anak-anak ini masa depan Indonesia berlanjut, sehingga kalau perspektif mereka akan lingkungan sudah baik kita yakin pasti Indonesia akan bersih,” katanya.

Lebih lanjut, Vivien menerangkan bahwa KLHK memiliki program untuk mengembangkan generasi muda yang sudah dilakukan sejak tingkat sekolah dasar. Misalnya, dengan program penghargaan adiwiyata kepada sekolah yang dalam salah satu penilaiannya mampu memilah sampah dan mengelolanya dengan baik.

Para finalis vlog ini tidak menutup kemungkinan untuk dibina lebih lanjut oleh KLHK hingga menjadi duta lingkungan dan diikutsertakan dalam peringatan hari peduli sampah. Nantinya akan dilaksanakan di empat destinasi bali baru dan puncaknya di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Salah satu perhatian KLHK ialah bagaimana mendorong masyarakat untuk peduli lingkungan hidup serta mengelola sampah yang baik. Dari generasi muda dan anak-anak ini dapat membantu untuk menularkan perspektif mereka ke anak-anak lain sehingga sampah itu tidak hanya dibuang, tetapi juga bagaimana kita tidak menghasilkan sampah atau zero waste.

Salah satu pertanyaan yang menarik disampaikan oleh Pandan Arum Sri Hapsari yang menanyakan terkait apa yang harus dilakukan untuk mengisi botol minum mereka yang sudah habis, padahal harus mengurangi sampah plastik minuman.

Vivien menanggapi pertanyaan tersebut secara antusias. Ia menjelaskan pemilik botol minuman tetap dapat membeli air mineral dan mengisi kembali botol mereka, tetapi sampah botolnya tidak boleh dibuang di sembarang tempat.

“Membuangnya bisa di tempat yang terpilah atau di proses melalui bank sampah. Intinya botol plastik tidak dibuang sembarangan karena masih bisa dijual lagi dan mendatangkan uang. Jadi tidak selalu harus dibuang ke tempat sampah atau TPA dan bisa dipakai lagi dan menghasilkan uang,” terang Vivien.

“Kalau yang namanya sampah di rumah, seharusnya sampah yang bagus itu pengelolaannya itu dipilah, yang botol plastik, kertas, sampah makanan itu dipisahkan. Kalau botol plastik, bungkus plastik, kertas itu bisa dibawa ke bank sampah nanti bisa ditukarkan uang. Kalau yang organik bisa dijadikan kompos sehingga bagusnya itu yang dibuang ke TPA itu hanya sedikit yang tidak bisa diolah,” imbuh Vivien.

Media Group Goes Zero Waste

Dalam kesempatan yang sama, Head Cluster Media Group Peduli Lisa Luhur menyatakan dukungan dari Media Group terhadap program KLHK dalam mengurangi sampah dan pengelolaan sampah yang ada di lingkungan kerja.

Menurutnya, Media Group saat ini telah menerapkan zero waste secara efektif dalam manajemen sampahnya.

“Media Group sudah mulai menerapkan program zero waste atau tepatnya mulai menganut prinsip circular economy dan bukan liner waste atau yang menggunakan produk dan hanya menjadi sampah,” terang Lisa.

Menurut dia, dengan prinsip circular economy, sampah tersebut diolah dan dapat berguna untuk menjadi produk lainnya. Meski memberikan nilai ekonomi walau itu bukan tujuan utama, melainkan seluruh hal yang diolah itu menjadi sesuatu produk lain yang berguna menjadi nilai yang terpenting.

Dalam pengelolaan sampah di Media Group dibagi menjadi sampah organik dan nonorganik. Untuk sampah organik yang dihasilkan kafe dan katering dikumpulkan dan kemudian dikirim ke pengolahan bio-maggot di Jakarta Timur.

“Jadi sampah organik kita dimakan oleh maggot, yakni larva kecil (black soldier fly) yang memakan sampah organik dan kemudian nantinya maggot ini berguna sebagai pakan ternak dan juga sebagian dikirim ke Jepang untuk kosmetik,” tutur Lisa.

“Jadi sampah organik kita tidak kita buat kompos karena kebanyakan nanti. Sebab sampah orga­nik kita sebulan bisa sekian ton dari sisa makanan dan sayur-sayuran,” imbuh Lisa.

Sementara itu, untuk sampah plastik dan kertas setelah dipilah kemudian dijadikan sebagai bahan baku untuk energi alternatif di Jakarta Barat. Bahan kertas maupun minyak jelantah di daur ulang menjadi produk baru dan campuran solar.Praktis, kata Lisa, semua sampah di Media Group tidak dibuang ke TPA atau ke Bantar Gebang. (Dro/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik