Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pelbagai Sistem Penanggalan di Dunia

Mediaindonesia.com
31/12/2019 08:25
Pelbagai Sistem Penanggalan di Dunia
Panggung hiburan menjelang pergantian tahun 2019 menuju 2020 di depan Tugu Selamat Datang Bundaran HI Jakarta.(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI.)

SELAMA ribuan tahun manusia telah mengembangkan berbagai sistem kalender berbeda untuk berbagai kepentingan. Sistem kalender ini biasanya dibuat berdasarkan gerakan benda langit, yaitu bulan dan matahari. Tahun 2019 yang akan segera berakhir ini merupakan salah satunya. Tahun Masehi ini ialah tahun yang mengacu ke Kalender Julius yang dibuat berdasarkan revolusi bumi terhadap matahari. Selain itu, masih banyak sistem penanggalan lain yang masih digunakan, misalnya, Hijriah, Imlek, Jawa, dan Saka. Berikut ialah penjelasan singkatnya.

 Masehi

Tahun ini dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Sistem kalender ini ialah salah satu sistem internasional yang diusulkan Aloysius lilius dan disetujui Paus Gregorius XIII pada 1582. Kalender ini dibuat berdasarkan acuan dari Kalender Julius yang mengacu ke revolusi bumi terhadap matahari. Dalam kalender ini, satu tahun terdiri atas 12 bulan, dengan masing-masing bulan memiliki 30 dan 31 hari, kecuali Februari yang memiliki 28 hari dan 29 hari yang terjadi saat tahun kabisat (4 tahun sekali).

Hijriah

Kalender ini merupakan kalender lunar murni, yang terdiri atas 12 bulan yang didasarkan pada gerakan bulan. Tahun Hijriah dimulai ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah pada 622 M. Dalam satu bulan, kalender Hijriah biasanya terdiri atas 29/30 hari sehingga dalam satu tahun ada 354 hari, selisih 10 hari dengan kalender Masehi.

Imlek

Kalender Tionghoa/Imlek dibentuk dengan penggabungan kalender bulan dan kalender matahari. Kalender Tionghoa mulai dikembangkan pada adab ke-3 SM dan ditemukan Kaisar Huáng Dì, yang memerintah antara 2698 SM-2599 SM. Kalender ini dikembangkan lagi oleh Kaisar Yáo. Siklus 60 tahun mulai digunakan pada abad ke-2 SM. Kalender yang lebih lengkap ditetapkan pada 841 SM pada zaman Dinasti Zhou dengan penerapan bulan ganda dan bulan pertama setiap tahun dimulai dekat dengan titik balik Matahari pada musim dingin. Dalam kalender ini, 1 tahun biasa memiliki 12 bulan, sedangkan tahun kabisat memiliki 13 bulan. Sementara itu, satu tahun biasa memiliki 353, 354, atau 355 hari, sedangkan tahun kabisat memiliki 383, 384, atau 385 hari.

Jawa

Kalender Jawa ialah sistem kalender yang memakai dua siklus hari, siklus mingguan yang terdiri atas 7 hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri atas 5 hari pasaran, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Kalender Jawa saat ini merupakan hasil dekret Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma yang mengubah tahun Saka menjadi tahun Jawa pada 1547 Saka.

 Saka

Perhitungan tahun Saka ini mulai digunakan ketika tahun Masehi sudah menginjak tahun ke-78. Raja Kaniska I dari dinasti Khusana yang beragama Hindu menetapkan sistem penanggalan Saka ini sebagai kalender kerajaan. Sistem kalender ini memiliki 12 bulan dengan jumlah hari 30 atau 31 tiap bulan.

Sumber: Webexhibits.org/New Research Center



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya