Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
MELOROTNYA peringkat Indonesia pada Programme for International Student Assesment (PISA) 2018 diharapkan tidak membuat panik berbagai kalangan di Tanah Air. Pasalnya, penurunan skor PISA tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga negara lainnya.
"Negara lain seperti Finlandia dan Korea Selatan yang sering dijadikan referensi selama 6 tahun terakhir juga mengalami penurunan. Maka kita tidak perlu panik kendati Indonesia juga harus berbenah dan menjadi masukan untuk memperbaiki diri," kata Deputi Menteri Bidang Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Sartono, menjawab Media Indonesia, di Jakarta, Kamis (5/12).
Seperti diberitakan, pemeringkatan PISA 2018 diliris Organisation for Economic Co-operation and Developmen (OECD), Selasa (3/12), dengan hasil nilai indikator kemampuan membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan atau sains siswa menurun. Sehingga posisi Indonesia berada di urutan ke-72 di antara 77 negara.
Sebagai perbandingan skor PISA Indonesia untuk periode 2015 dan 2018 terdapat skor kemampuan membaca turun dari 397 poin ke 371 poin, skor kemampuan matematika turun dari 386 poin ke 379 poin. Selanjutnya, skor kemampuan sains turun dari 403 poin ke 396 poin.
Baca juga: Wisudawan YAI Diminta Bersiap Hadapi Persaingan Global
Guru Besar Univeristas Gadjah Mada (UGM) ini berpendapat terdapat aspek sosial yang juga tidak bisa ditangkap melalui skor PISA tersebut. Tes PISA ini, lanjut dia, tidak meliputi masalah kesehatan, masalah moral dan etika, kewarganegaraan dan pengembangan artistic atau seni.
"Jadi kita harus berpikir komprehensif terkait pengembangan modal manusia seutuhnya dan bagaimana seharusnya pendidikan menyiapkan untuk menghadapi tantangan lebih besar dimasa mendatang," cetusnya.
Agus Sartono menambahkan pernyataan Direktur OECD Dr Andreas Schleicher yang mengatakan bahwa tes PISA berdampak sangat luas terhadap sistem pendidikan di seluruh dunia.
Saat ditanya apa saja pembenahan yang perlu diperbaiki, hemat dia, pentingnya meningkatkan kualitas guru. Agus berpendapat menggenjot kualitas guru menjadi kunci upaya membangun modal manusia. Tidak hanya penguasaan materi, tetapi metode pengajaran.
"Guru harus mampu menginspirasi anak didik dan membangun mimpi anak," pungkasnya. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved