Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SOLUSI yang ditawarkan pemerintah untuk menyelamatkan PT Asuransi Jiwasraya dari persoalan likuiditas dinilai sudah tepat. Beberapa solusi yang mengemuka antara lain membentuk anak usaha Jiwasraya Putra untuk menarik investor, reasuransi dukungan modal atau skema financial reinsurance, dan penerbitan mandatory convertible bond (MCB).
Menurut pengamat BUMN Toto Pranoto, langkah-langkah opsi penyelamatan itu bisa dipakai sebagai upaya agar Jiwasraya bisa pulih kembali tanpa perlu bantuan penyertaan modal negara (PMN).
“Skema bikin JP (Jiwasraya Putra) yang melibatkan banyak BUMN lain diharapkan bisa jalan baik karena ada dukungan ekuitas dan jaringan akses pemasaran yang luas dari para pemegang saham. Jadi, opsi ini adalah skenario yang bersifat jangka panjang,” ujarnya ketika dihubungi, kemarin.
Selain itu, menurutnya, penerbitan MCB ialah pola yang pernah dijalankan saat beberapa BUMN asuransi membantu kebutuhan kapital BUMN reasuransi, yaitu PT Indonesiare.
“Jadi, ada semacam sinergi juga di sini di antara BUMN yang lain. Penerbitan MCB bisa menjadi solusi jangka pendek/menengah untuk solusi utang nasabah jangka pendek yang harus dillunasi,” ujarnya.
Di sisi lain, pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai permasalahan yang sedang dialami Jiwasraya bukan cuma soal likuiditas.
“Yang tampak memang permasalahan likuiditas, tapi ini cuma puncak gunung es. Di dasarnya permasalahan yang ada sangat kompleks dan besar,” kata Piter ketika dihubungi di tempat terpisah, kemarin.
Dalam jangka pendek, imbuhnya, solusi utama yang harus dilakukan ialah bagaimana mengembalikan kepercayaan semua stakeholder Jiwasraya, khususnya dari pemegang polis. “Yaitu dengan membayar polis yang tidak terbayar yang nilainya mencapai Rp805 miliar,” tuturnya.
Menurut Piter, jalan pintas untuk permasalahan ini ialah pemberian modal kepada Jiwasraya. “Tapi dalam kondisi sekarang tidak mudah bagi pemerintah untuk setor modal,” katanya.
Dalam kondisi inilah, menurut Piter, pemerintah kemudian mencoba untuk membentuk anak usaha dalam rangka menarik investor sekaligus juga mencari utangan dalam bentuk MCB. Namun, menurutnya, langkah tersebut juga memiliki tantangan.
“Selama urusan Jiwasraya belum selesai, kepercayaan publik masih rendah, maka mencari investor dan utang baru ini tidak akan mudah. Demikian juga dengan skema reasuransi atau financial reinsurance,” katanya. (Ifa/X-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved