Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Imunisasi Pneumonia Belum Prioritas, RI Disorot Dunia

Zubaidah Hanum
12/11/2019 22:43
Imunisasi Pneumonia Belum Prioritas, RI Disorot Dunia
Ilustrasi Imunisasi(MI)

WARGA dunia merayakan Hari Pneumonia setiap 12 November tiap tahunnya. Pneumonia atau radang paru akut di Indonesia turut menjadi sorotan dunia internasional karena dinilai abai terhadap imunisasi vaksin pneumokokus atau Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV).

Hal itu menjadi salah satu bahan renungan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Urgensi Optimalisasi Pengadaan vaksin Baru terkait Efisiensi Anggaran di Jakarta, Selasa (12/11).

Ditemui seusai diskusi, peneliti Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Soewarta Kosen mengungkapkan, dalam pengadaan vaksin untuk masyarakat, Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan Bangladesh, Korea, dan India.

"Indonesia ini salah satu negara besar yang belum mulai imunisasi (wajib) PCV. Padahal sudah 145 negara, lebih dari separuh negara di dunia, termasuk India yang sudah memberikan imunisasi PCV," bebernya.

Vaksin tersebut, kata Soewarta, belum bisa masuk dalam program imunisasi dasar di Indonesia. Perusahaan vaksin milik pemerintah, yakni Bio Farma, belum mampu memproduksi PCV sehingga harus impor dengan harga mahal.

Baca juga : Sebanyak 4,2% Balita Di Babel Idap Pneumonia

Menurut dia, harga vaksin yang mahal bukan alasan untuk mengabaikan imunisasi untuk mencegah pneumonia. Bantuan dari lembaga donor seperti Global Alliance for Vaccines and Immunizations (GAVI) maupun membeli lewat Unicef PBB, bisa jadi solusi untuk mengatasi terbatasnya anggaran vaksin.

Harga vaksin PCV adalah Rp250 ribu per dosis, sedangkan bila mengikuti program Unicef, pemerintah bisa membeli dengan harga 3 dolar AS atau setara dengan Rp42 ribu per dosis. Peraturan Presiden No 16/2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah memberikan ruang untuk bisa mengakses vaksin impor, seperti yang ditawarkan Unicef.

"GAVI sudah tawarin dari 10 tahun lalu tapi kita tolak karena anak kita banyak, anggaran enggak cukup. Padahal kematian tidak diukur dari uang," pungkasnya.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany mengatakan, pemerataan imunisasi pneumonia adalah salah satu syarat mewujudkan generasi sehat.

Saat ini, introduksi vaksin di indonesia tertinggal jauh. Khusus PCV, Indonesia masih kalah dengan Bangladesh, Myanmar, dan Nepal.

Baca juga : Lengkapi Imunisasi dan Nutrisi Anak

"Vaksin adalah pencegahan efektif untuk penyakit menular. Tapi Indonesia masih ketinggalan soal vaksin ini karena belum ada kesamaan pemikiran," katanya.

Merujuk data Kementerian Kesehatan, ada 1,1 juta kematian setiap tahun akibat pneumonia. Perbandingan hasil Riskesdas pada 2013 dan 2018 menunjukkan ada peningkatan prevalensi pneumonia dari 1,6% menjadi 2% untuk kelompok usia 12-23 bulan.

Sebelumnya, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan, Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungkas Bajuri Ali mengatakan pemerintah masih mengkaji sejauh mana bisa memenuhi kebutuhan imunisasi PCV di Tanah Air.

Karena keterbatasan anggaran, sambung Pungkas, pemerintah baru mewajibkan imunisasi PCV di Lombok, NTB, dan sejumlah kabupaten/kota di Bangka Belitung.

Harga vaksin PCV tergolong mahal, yaitu mencapai Rp1 juta per unit. Setiap anak mesti tiga kali dapat imunisasi sehingga total biaya vaksinasi Rp3 juta. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya