Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Rendy Pandugo: Lagu dari Renungan Filosofis

Abdillah Muhammad Marzuqi
23/9/2019 00:40
Rendy Pandugo: Lagu dari Renungan Filosofis
Musikus Rendy Pandugo.(MI/PERMANA )

MUSIKUS punya jalan tersdiri untuk bersikap atas segala yang dihadapi, dipikirkan, dan diharapkan. Mereka akan mendapat daya kreatif lalu memunculkannya dalam sebuah karya. Begitu pula dengan musikus Rendy Pandugo, 34, yang kali ini merilis lagu berjudul Why?.

Lagu itu menjadi buah perenungan filosofis Rendy tentang segala fenomena yang terjadi di dunia, dari perang, pembunuhan massal, pengeboman, hingga rusaknya lingkungan. Kekacauan terjadi karena ulah manusia yang berbuat tanpa memikirkan individu lainnya.

“Idenya gue ambil dari fenomena yang terjadi saat ini di dunia. Karena waktu itu saya melihat berita di luar sana masih banyak peperangan, masih banyak kebencian, segala macam. Itu skala besar,” terang Rendy saat ditemui di Soni Music Indonesia, Rabu (18/9).

Bergelut dengan banyak pertanyaan dalam benak tidak membuat Rendy terce-rahkan. Sebaliknya, ia semakin masuk pada berbagai pertanyaan lain. Dari situlah muncul judul lagu Why?.

“Intinya adalah dari semua itu, semakin saya bertanya-tanya, semakin saya mencari jawabannya, semakin capek, karena saya tidak akan menemukan jawabannya. Jadi pesan besarnya ialah why, itu selalu jadi kata-kata, atau sebuah pertanyaan yang besar, sakral buat kita di dunia,” imbuh Rendy yang mulai dikenal dari lagunya di platform Soundcloud.

Realitas Media sosial

Yang tak luput dari sorotan Rendy adalah realitas maya di media sosial. Ia menuliskan dalam media sosialnya tentang pertanyaan seberapa sering seorang menipu dan membohongi diri sendiri. Menurutnya, membohongi diri sendiri tidak saja terkait dengan kedirian si pembohong, tetapi juga berhubungan dengan orang lain. Perundungan yang kerap terjadi menjadi salah satu akibat dari penipuan terhadap diri sendiri.

“Karena ada beberapa orang yang membohongi diri sendiri, memalsukan attitude-nya (perilaku) segala macam hanya karena untuk diterima di sebuah komunitas yang dia mau,” ujar pria kelahiran 7 Mei 1985 ini.

Hal itu telah menarik perhatian Rendy, bahkan sebelum ia terjun dalam dunia musik. Menurutnya, hal itu terjadi karena ada ketidaksiapan dalam menghadapi dunia nyata dan dunia maya. Padahal kedua dunia itu sama.

Ia juga menyayangkan keberadaan dunia maya yang bisa mereduksi komunikasi. Ia mencontohkan, perjumpaan di dunia nyata tentu berbeda dengan obrolan di dunia maya. “Ketika di dunia maya ganas, ngomong seenak jidat, pada saat ketemu mungkin mereka tidak sejahat itu. Padahal di dunia maya mulutnya bisa sepedas itu,” ujarnya.

Rendy berpandangan bahwa setiap orang lahir dengan rasa cinta. Pertanyaan yang lalu muncul di benak Rendy ialah mengapa kebencian itu muncul? Mengapa tidak berdamai? “Kenapa kita harus berpisah, kenapa kita harus benci satu sama lain, kenapa gak bisa damai saja sih selama ini,” ujar Rendy.

Rendy mengaku pikiran itu telah muncul dalam benaknya sejak lama. Ia mengaku pikiran itu terus berulang. “Menurut aku,  memang bgitulah fenomena manusia sekarang,” lanjutnya.

Dalam menghadapi realitas yang kompleks seperti itu, Rendy hanya ­menyarankan agar berbuat baik semaksimal mungkin. Tidak perlu tahu jawaban dari segala sesuatu dan berkutat dengan pertanyaan mengapa. “Lakukan saja yang terbaik dan jadilah orang baik untuk orang lain, lebih-lebih bisa berguna untuk orang banyak,” pungkas Rendy. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya