Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Merangkai Diplomasi Serantau melalui Puisi Esai

Achmad Zulfikar Fazli
04/9/2019 23:10
Merangkai Diplomasi Serantau melalui Puisi Esai
Penyair Malaysia, Ismaily Bongsu, membacakan puisi pada Titian Muhibah Sastra Indonesia-Malaysia di Jakarta, Rabu (4/9)(Ist)

PUISI esai muncul tidak hanya untuk mendefinisikan bentuk dan fungsi puisi sebagai karya kreatif. Akan tetapi, memberikan makna dan arah yang baru kepada segenap sastra nusantara dalam meneruskan platform puisi.
 
Akademisi sekaligus seniman sastra asal Malaysia, Ramzah Dambul, mengatakan, puisi esai merupakan satu inovasi yang penting dalam perkembangan seni persuratan serantau. Alhasil, puisi yang menimbulkan kontroversial di Indonesia ini telah menjalar dan mengakar di Negeri Jiran.
 
"Kita mau mengaku atau tidak, gagasan puisi esai DJA (Denny JA) telah mencapai status sastra advokasi dan diplomasi. Ini ialah satu markat tertinggi dalam ukuran impak sastra," kata Ramzah di Jakarta, Rabu (4/9).

Menurut dia, puisi esai satu gagasan yang meminjamkan suara kepada pelbagai kisah dan sejarah serantau, tapi jarang didendang untuk menerusi medium sastra. Puisi esai sebagai satu gerakan, lanjut dia, juga mampu meretas batas, mengikat diplomasi sesama negara, dan meneruskan sahabat persuratan serantau.
 
"Ini benar-benar menepati konsep sastra sendi masyarakat dan negara," ucap dia.
 
Ramzah mengatakan, saat mengukuhkan puisi esai ini, Denny JA telah menekankan beberapa ciri mandatori yang merangkum aspek bentuk, format, dan batin sebuah karya yang mengikat.
 
"Tidak ada apa pun pada masa kini yang 100% baru. Namun kombinasi ciri-ciri ini dalam satu kesatuan, telah memberi corak baru. Kewujudan ciri ini kolektif tak bisa dimasukkan lagi dalam kerangka genre sebelumnya," kata Ramzah mengutip pernyataan Denny JA.
 
Menurut dia, pernyataan itu memang benar. Sastra sudah sangat bervariasi. Mencari sesuatu yang 100% baru sangat mustahil.

"Tetapi jika sesuatu yang telah sedia ada, dicantum dengan rona dan nuansa yang berbeda, ia boleh melahirkan genre baru yang tulen," ujar dia.


Baca juga: BPK Penabur Jakarta Gelar Festival Paduan Suara Internasional

 
Dia menilai Denny JA juga sukses menyuntik gerakan puisi esai ke seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan hingga ke Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand.

"Ini satu gagasan diplomasi yang sungguh mengagumkan," kata dia.
 
Ramzah mengatakan, penjelasan Denny JA tentang puisi esai sebenarnya tidak pernah dibangkang secara ilmiah. Mereka hanya mengeklaim sebagai 'penyelamat' sastra yang murni, dan pembenteng sejarah yang sudah dinodai.
 
"Bagaimana kita mau jadi penyelamat atau pembenteng kepada sesuatu yang belum pun kita buktikan mengancam," kata dia.
 
Di sisi lain, Ramzah menilai gagasan dan gerakan puisi esai hanya untuk meluaskan ladang sastra nusantara dengan membuka kebun-kebun baru. Sehingga, para petani sastra bisa memanfaatkan banyak alternatif dalam menanam pohonnya.
 
"Tugas kita semua adalah menanam pohon karya di ladang ini. Tanamlah pohon-pohon kegemaran sendiri tanpa perlu menuntut pohon orang lain ditebang secara petition," ujar dia.
 
Dia pun berharap tidak ada yang mengusik keberadaan puisi esai ini jika memang tidak menyukainya. Sebab, setiap sastra tujuannya untuk menyatukan bukan memecahbelah.
 
"Kita mesti berani menerima dan meramaikan perbedaan secara sehat dan terhormat," pungkas dia. (Medcom/OL-1)
 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik