Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MUSIM kemarau yang sudah berlangsung sejak April diprediksi masih akan terus berlangsung setidaknya hingga November. Hal tersebut tentu akan memengaruhi produksi beras di dalam negeri.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania menyatakan musim kemarau yang diikuti kekeringan menyebabkan luas lahan tanam padi menyusut. Akhirnya, produksi beras akan berkurang.
“Itu berpeluang besar menyebabkan kenaikan harga karena tidak seimbangnya ketersediaan dan permintaan,” ujar Galuh melalui keterangan resmi, Selasa (3/9).
Potensi kenaikan harga beras seharusnya sudah diantisipasi oleh pemerintah. Berdasarkan data BPS, pada Agustus, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tercatat sebesar Rp4.759 per kilogram (kg) atau naik 3,04% dibandingkan bulan sebelumnya.
Adapun, di tingkat penggilingan, GKP mengalami kenaikan 3,04% menjadi Rp4.856 per kg.
Mengacu pada fakta di lapangan, sudah semestinya pemerintah mulai memertimbangkan opsi impor beras. Jangan sampai, kejadian dua tahun lalu terulang. Kala itu, harga beras di dalam negeri bertahan tinggi dalam waktu yang lama karena pemerintah telat memutuskan kebijakan impor beras.
“Pemerintah sebaiknya menggunakan harga sebagai indikator perlu atau tidaknya melakukan impor. Bila harga tinggi, maka ketersediaan beras di pasaran berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian impor bisa dijadikan pilihan untuk mengisi kekurangan pasokan dan menstabilkan harga,” jelas Galuh. (OL-09)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved