Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Mathias Muchus Merasakan Berkah Alam

Fathurrazak 
30/8/2019 01:40
Mathias Muchus Merasakan Berkah Alam
Aktor senior Mathias Muchus(ANTARA)

DEMI tuntutan peran, aktor senior Mathias Muchus, 62, rela mengisolasi dirinya di pulau tak berpenghuni di gugusan pulau kecil sekitar Pulau Kei, Maluku. Bukan hanya untuk pendalaman karakter pada film terbarunya Kapal Goyang Kapten, Muchus juga mendapatkan pengalaman lain yang lebih berdampak pada refleksi dirinya.

Dalam film itu, Mathias Muchus berperan sebagai Pak Sentot, seorang kapten kapal yang terdampar di pulau tak berpenghuni di perairan Maluku. Selama beberapa kali syuting di sana, ia mengaku hanya seorang diri ketika rekan-rekannya dari bagian produksi sudah kembali ke darat. Tak ada perbekalan ekstra yang dibawanya, selain hanya sisa air mineral.

"Saya mengisolasi diri dalam rangka merasakan kesendirian yang luar biasa," ungkapnya saat ditemui seusai konferensi pers Kapal Goyang Kapten, di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (27/8).

Dalam kesendirian itu, tuturnya, ia mencoba memasukkan peran tokoh Pak Sentot. Tak ada rasa takut atau tak nyaman, meskipun di pulau itu banyak biawak berseliweran. "Sebenarnya kondisinya agak riskan ya karena memang jauh dari daratan, tetapi saya bilang ini bagian dari pekerjaan aktor," ungkapnya.

Suami produser Mira Lesmana ini pun menemukan makna lain dari proses yang dilaluinya tersebut. Ia bahkan menjadi lebih dekat dengan alam dan merasa bisa berdialog dengan alam sekitar.

"Merefleksikan diri, enggak masalah juga ternyata ketika kita tidak bisa gunakan ponsel, enggak ada sinyal. Terkadang memang suka sok dibikin-bikin saja, merasa sok penting, padahal ya tidak masalah," serunya.

Seperti telah banyak orang tahu, ketika sekumpulan orang disatukan dalam situasi yang serba terbatas di alam bebas, sifat naturalnya akan terlihat. Itu juga yang dialami peraih Piala Citra lewat Istana Kecantikan (1988) itu.

"Akan keluar dengan sendirinya karena enggak ada lagi yang harus dipura-purain. Yang membuat orang berpura-pura kan karena terbebani dengan aksesori kota. Yang membuat kita jadi pembohong, manipulatif, sok-sokan, arogan. Ketika dilempar ke pulau kecil, ya alam harus dihormati, supaya ada keseimbangan," sergahnya.

 

Cicipi penganan lokal

Meski syuting di lokasi terpencil, laki-laki kelahiran Pagar Alam, Sumatra Selatan, itu merasa staminanya tetap terjaga. Muchus mengaku juga sempat mencoba penganan lokal warga kepulauan yang terbuat dari rumput laut. "Masyarakat setempat menyebutnya dengan anggur laut," beber Mathias.

Anggur laut itu diolah petani di laut yang dibuat dengan bumbu seadanya seperti garam. Hasilnya, Mathias merasa tubuhnya lebih segar karena makanan itu bebas dari zat kimia. "Akhirnya ya jadi mendetoks dengan penganan lokal di Ambon," ujarnya.

Ia pun bersyukur mendapatkan pengalaman istimewa karena momentum itulah ia bisa mengambil refleksi. Sebagai manusia kota yang selalu hidup di tengah keramaian, ia pun berpikir ingin kembali untuk lebih dekat dengan alam dan mampu mengeksplorasi diri dari sisi yang berbeda.

"Kota besar membuat saya jadi pengin marah terus, tapi enggak tahu marah sama siapa. Tahun depan saya mau fokus untuk mengeksplorasi diri saya dari sisi yang berbeda," tutupnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik