Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SOSOK Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2017-2022, Wimboh Santoso, lebih dikenal sebagai
ekonom dan juga birokrat. Sebuah profesi dan pekerjaan yang melenceng dari cita-citanya dulu. “Cita-cita awal saya menjadi pengajar,” katanya di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (24/8).
Wimboh dilahirkan di Boyolali, 15 Maret 1957. Selepas SMA, dia meneruskan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) dan lulus pada 1983.
Wimboh terhitung angkatan pertama di fakultas tersebut. Dia bahkan mengistilahkannya sebagai angkatan dinosaurus, saking tuanya.
Berbekal ijazah sarjana ekonomi, Wimboh mewujudkan cita-citanya. Dia menjadi dosen di almamaternya. Belum sempat diangkat menjadi pegawai negeri, dia mendapatkan panggilan dari Bank Indonesia (BI). Itulah awal mula kariernya sebagai birokrat. Wimboh dipercaya mengemban tugas sebagai pengawas bank di BI.
Pekerjaan baru itu sempat membuatnya bimbang karena dia ingin menjadi dosen. Dia pun meminta saran dan pertimbangan kepada pimpinan UNS. Mereka meminta Wimboh untuk menjalaninya dulu. “Setelah tujuh tahun, saya bertanya lagi ke UNS. Mereka bilang, biarlah kamu di BI, tapi tetap bisa ngajar,” kenang Wimboh.
Wimboh kemudian melanjutkan pendidikan formalnya dengan mengambil program master of science in business administration di University of Illinois, Amerika Serikat. Kemudian, mengambil program doktor di Loughborough University, Inggris, dengan studi konsentrasi fi nancial economics.
Wimboh memiliki kepakaran dalam bidang ilmu manajemen risiko yang kemudian diterapkannya pada perbankan Indonesia.
Di sela-sela kesibukannya, mantan kepala perwakilan BI di New York pada 2012 itu ternyata tidak melupakan cita-cita awalnya, yakni mengajar. Saat ini Wimboh tercatat sebagai pengajar di beberapa universitas, salah satunya di almamaternya,
UNS.
Dikukuhkan almamater
Wimboh dikukuhkan sebagai guru besar tidak tetap bidang ilmu risiko manajemen dalam sidang senat terbuka UNS, kemarin. Pengukuhan yang berlangsung di Auditorium GPH Haryo Mataram itu menjadi momentum bersejarah bagi UNS. Sejak berdiri 43 tahun silam, baru kali ini UNS mengukuhkan seorang guru besar tidak tetap sekaligus guru besar pertama di bidang ilmu risiko manajemen.
“Ini menjadi kebanggaan kami,” kata Rektor UNS, Jamal Wiwoho. “Kami berharap beliau bisa mewarnai jurnal dan riset UNS ke depan, menjadi center of excellent di bidang manajemen risiko,” imbuh Jamal.
Dalam pengukuhannya, Wimboh menyampaikan pidato Revolusi digital: ‘New paradigm’ di bidang ekonomi dan keuangan. Tema itu berhubungan erat dengan kepakarannya, yakni manajemen risiko.
Wimboh memaparkan, revolusi digital telah menghadirkan budaya digital di masyarakat sehingga tatanan ekonomi dan lanskap sektor jasa keuangan mengalami pergeseran dan akan menimbulkan distorsi dalam masa transisi. Di masa revolusi digital ini, teori ekonomi dan pendekatan pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan menjadi kurang relevan sehingga membutuhkan pendekatan baru yang lebih dinamis, kontekstual, dan mengadopsi teknologi terkini. “Ilmu ini memprediksi potensi risiko supaya industri jasa keuangan secara jangka
panjang bisa di-assesment tidak bermasalah,” ujar Wimboh.
Proses dan perjalanan Wimboh untuk meraih jabatan fungsional tertinggi bagi akademisi itu memakan waktu lebih kurang dua tahun. Dalam
kurun waktu tersebut, UNS melakukan pengkajian terhadap karya terpublikasi, jurnal ilmiah internasional, dan syarat lainnya.
Dalam jumpa wartawan menjelang pengukuhannya, Wimboh mengaku tidak pernah bercita-cita jadi profesor. “Alhamdulillah, selama ini UNS sangat terbuka, selama itu berkontribusi bagi kepentingan masyarakat. Mandat ini memberikan tantangan untuk berbuat lebih besar, terutama
dalam mengejawantahkan tridarma perguruan tinggi,” kata Ketua 1 Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS itu. (FR/H-3)
Dukungan itu direkam dalam video yang kemudian beredar di media sosial dan pesan whatsapp.
KABUPATEN Sumedang, Jawa Barat, masih kekurangan jumlah guru ASN sekitar 2.000 orang untuk tingkat SD dan SMP. Saat ini, kekurangan itu ditanggulangi guru non ASN.
Perbuatan tersebut, dilakukan setelah bersangkutan mencuri 26 komputer di ruang labolatorium sekolah. Uangnya digunakan untuk judi online.
Pelatihan diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan kompetensi guru bahasa Indonesia.
Guru itu dihadapkan dengan sanksi kepegawaian, selain sanksi hukum yang sedang dijalaninya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved