Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (SDID) Kemenristek Dikti kembali menggelar Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019, yang berlangsung di Jakarta, pada 18-24 Agustus 2019.
Kegiatan yang digelar seiring menyambut Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia ini akan dihadiri 52 diaspora Indonesia dari 15 negara .
Mereka dipastikan hadir pada SCKD 2019 dan dijadwalkan selama di tanah air akan berkunjung ke berbagai perguruan tinggi di tanah air untuk bersinergi dan berkolaborasi juga menggelar kuliah terbuka (public lecturer).
Selain itu, mereka akan.diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Direktur Jenderal SDID Kemristek Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan melalui SCKD.2019 pemerintah berharap para diaspora yang merupakan akademisi dan praktisi Indonesia yang berkiprah di luar negeri ini dapat menjadi jembatan bagi ilmuwan dalam negeri kepada jejaring internasional.
Baca juga : Pesan Anies: Diaspora Jangan Cepat-cepat Pulang ke Indonesia
Hal itu untuk mengembangkan dan memajukan budaya akademik dan budaya riset di kampus.
"Momentum SCKD 2019 sangat pas dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo yang tahun ini menggenjot Sumber Daya Manusia atau SDM.unggul. Sehingga kehadiran diaspora Indonesia menjadi salah satu jembatan untuk dapat.meningkatkan SDM di perguruan tinggi kita," kata Ghufron pada konfrensi pers di Jakarta, Jumat ( 16/8).
Ia menambahkan, kehadiran diaspora menjadi jembatan antara ilmuwan Indonesia guna melakukan lompatan penguasaan teknologi yang akan berdampak positif bagi pembangunan Indonesia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas gadjah Mada ini mengutarakan kondisi kampus di tanah air masih mengalami kelemahan dalam atmosfir budaya akademik yang masih mencari bentuk serta kelemahan di sektor sarana dan pra-sarana, terutama laboratorium.
"Dengan kita undang diaspora, ilmuwan kita dapat.terpacu atmosfir akademiknya dan dapat. memanfaatkan laboratorium tempat diaspora itu berada. Sehingga, kekayaan alam Indonesia bisa dieksplorasi dan bisa menghasilkan inovasi baru,” kata Ghufron.
Tidak hanya itu, Ghufron juga mendorong diaspora Indonesia membuka kanal yang dapat menyambungkan ilmuwan lokal pada lembaga internasional untuk menunjang riset.di tanah air.
Hemat.dia, SCKD merupakan langkah penting sebagai salah satu terobosan untuk membangun Indonesia jelang bonus demografi 2020-2024, agar Indonesia tidak terjebak pada meledaknya sumber daya manusia.
Baca juga : Menperin Ajak Diaspora Ambil Peluang Industri 4.0
Dalam.kesempatan sama, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan mengapresiasi kerja sama dengan Kemenristek.Dikti yang telah beberapa kali mengundang diaspora Indonesia ke tanah air.
Diaspora Indonesia diharapkan tidak hanya sebatas transfer pengetahuan juga berkolaborasi bersama ilmuwan lokal dengan jejaring global, guna melakukan penelitian bersama (joint research), dan mengakses lembaga penelitian di luar negeri.
Dijadwalkan 55 diaspora Indonesia tiba di Jakarta pada 18 Agustus 2019. Malam harinya, jamuan makan malam pembuka (opening dinner) bersama Menristek Dikti Mohamad Nasir, sekaligus membuat organisasi kecil Diaspora 2019.
Selanjutnya, 19 Agustus 2019, para diaspora Indonesia akan bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla. Setelah itu, mereka akan disebar ke 69 perguruan tinggi sampai 21 Agustus.
Pada 22 Agustus 2019, para diaspora akan hadir dalam acara kuliah terbuka.di Jakarta yang dihadiri 700-800 peserta termasuk pejabat negara, rektor, dan akademisi lainnnya .(OL-7)