Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Cuan

Farhatun Nurfitriani Staf Bahasa Media Indonesia
04/8/2019 01:45
Cuan
Cara memulai bisnis tanpa modal investor bisa cuan(ilustrasi (Shutterstock))

BUKALAPAK emang cincai, harga santai kagak lebay. Dinego aje say, pasti bisa say, dinego sampai okay. Masih ingatkah dengan jingle iklan tersebut? Jingle yang sempat viral beberapa tahun lalu karena ulah 'nenek cincai' yang begitu nyentrik dan nyeleneh dalam membawakan jingle tersebut.

Jika diamati secara keseluruhan, iklan nyeleneh tersebut memperlihatkan nuansa kebudayaan Tionghoa (salah satu etnik di Indonesia yang leluhurnya berasal dari Tiongkok). Hal itu tampak dari penggunaan lampion, figur seorang nenek berpakaian cheongsam, dan latar belakang warna merah yang dominan khas Tionghoa. Secara verbal pun dominan bahasa Hokkian (bahasa salah satu suku Tionghoa) dan intonasinya dibuat sama persis.

Berkat iklan tersebut, bahasa Hokkian makin digandrungi banyak orang, terutama kalangan remaja, baik di media massa maupun dalam cakapan sehari-hari. Itu terpampang dari banyaknya warganet yang membuat parodi iklan tersebut dan populernya kata cincai di jagat maya kala itu.

Ngomong-ngomong tentang bahasa Hokkian, ternyata ada nih salah satu istilah Hokkian lain yang tidak kalah populernya dengan kata cincai, yaitu cuan.

Kata cuan mulanya merupakan istilah yang kerap digunakan para pengusaha, khususnya pengusaha Tionghoa. Namun, lambat laun kata cuan ini sudah sangat umum didengungkan. Tidak sedikit penutur dan media massa di Tanah Air yang menggunakan kata cuan untuk mendefinisikan untung/laba.

Hal itu dapat terlihat seperti dalam judul berita berikut ini: 'Olahan Minuman Berbahan Teh Mampu Datangkan Cuan bagi yang Berbisnis Kafe atau Restoran' (Tribun News, Senin, 29/7), 'Tak Cuan Sawit, Bawang pun Jadi' (Liputan6.com, Rabu, 10/7), dan 'Bisnis Kura-Kura Darat, Modal Sejuta Bisa Cuan Puluhan Juta' (Kompas, Jumat, 21/6).

Rupanya tidak hanya digandrungi media massa untuk dijadikan sebagai judul berita, kata cuan pun sering kali dijadikan nama merek dagang oleh para pengusaha lokal, seperti Kopi Cuan dan Cuan Cuan (toko gadget milik selebgram Arief Muhammad).

Dengan tingginya frekuensi penggunaan istilah cuan tersebut, penulis ingin mengusulkan agar kata cuan dapat dimasukkan ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring untuk mengapresiasi kata cuan itu sebagai sinonim untung/laba.

Mengapa penulis mengusulkan demikian? Hal itu diusulkan karena ada beberapa bahasa Hokkian yang sudah masuk ke KBBI versi daring, misalnya, istilah kepo yang berarti rasa ingin tahu berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain. Lalu, ada kata cengli yang bermakna sudah sepatutnya (semestinya); masuk akal; lurus hati; jujur. Ada juga kamsia, sebuah kata yang dipergunakan untuk menyatakan kelegaan; terima kasih.

Maka dari itu, penulis sangat mendukung agar kata cuan menjadi bagian dari KBBI. Itu karena selain popular atau kerap dipakai (yang merupakan salah satu syarat sebuah kata masuk KBBI), kata cuan pun masuk syarat lainnya untuk menjadi bagian dari KBBI, di antaranya unik, eufonik, dan berkonotasi positif.

Menurut penulis, tidak ada salahnya apabila kita mengapreasiasi istilah asing yang populer dan familier. Itu karena dalam hal kosakata, bahasa Indonesia telah banyak menyerap unsur-unsur asing, sepanjang kosakata itu disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Ini pun menjadi bukti keterbukaan dan kelenturan bahasa Indonesia dalam menerima kosakata asing, yang mampu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang semakin berkembang dan hidup.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya