Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
SEKITAR 4100 petugas haji Indonesia siap mengawal ratusan ribu jemaah di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina) pada tanggal 8 dzulhijah hingga 13 dzulhijah (9 Agustus -14 Agustus). Konsentrasi pengawalan dilakukan di Mina saat jemaah Indonesia melakukan ibadah lontar jumrah bersama jutaan umat Islam dari seluruh dunia.
Kepala Bidang Perlindungan Jemaah dan Kepala Satuan Operasi Armuzna Jaetul Muchlis menyampaikan hal itu, kepada Media Center Haji, Kamis malam (26/7), di Madinah.
"Seluruhnya petugas non-kloter sebanyak 4.100 orang terlibat dalam satuan Armuzna," tegas Jaetul Muchlis.
Menurut dia, para jemaah haji Indonesia akan terbagi menjadi beberapa sektor dan pos yang tersebar di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Salah satu fokus terbesar adalah pelaksanaan lontar jumrah di Mina yang menurut Jaetul harus diterapkan dengan strategi yang lebih paripurna. Lontar jumrah akan dilaksanakan mulai tanggal 11 hingga 14 Agustus 2019.
Jaetul Muchlis mengingatkan, selain cuaca panas di Arab Saudi yang bisa berkisar 50 derajat bahkan bisa lebih, sekitar 214.000 jemaah haji reguler Indonesia juga akan berjalan jauh untuk menuju lontar jumrah di Mina.
Baca juga: PPIH Indonesia Lobi Saudi agar 4 Kloter Bisa Mendarat di Jeddah
Posisi tenda terjauh jemaah haji Indonesia, kata dia, adalah di Mina Jadid yang berjarak sekitar 7 kilometer dari jamarat. Dan saat itu, kondisi penuh sesak dengan jutaan umat Islam dari seluruh dunia.
"Di Mina satuan tugas primadona. Kasus-kasus yang berbobot yang cukup fenomenal terjadi di Mina," kata Jaetul.
Seperti diketahui, peristiwa Mina pada tahun 2015, cukup memakan banyak korban saat itu. Menurut Jaetul, di Mina akan dibuka 11 pos petugas haji Indonesia, baik di jalur atas maupun jalur bawah untuk memastikan jemaah haji Indonesia aman.
Selain itu, juga telah dibentuk Tim Mobile Crisis yang terdiri dari 220 orang yang bertugas 24 jam di Mina untuk mendeteksi potensi rawan keamanan dan kesehatan jemaah Indonesia. Tim terdiri dari dokter, perawat dari Kementerian Kesehatan, anggota TNI-Polri, dan petugas dari Kementerian Agama.
"Tim akan bahu membahu mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di Mina," kata Jaetul yang juga Staf Ahli Kasau tersebut.
Dia mengatakan, bahwa sosialisasi terus dilakukan kepada para petugas haji yang kini tersebar di Madinah, Jeddah, dan Mekah. Hal tersebut untuk memastikan kesiapan petugas, mengetahui apa yang harus dilakukannya dalam rangka perlindungan terhadap jemaah haji di Armuzna. "Petugas paham kapan dia bergerak, kemana dia bergerak, dan seperti apa tugas mereka di pos," tegasnya lagi.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved