Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pengenalan Sejarah Jalur Rempah Perlu Digencarkan

Dhika Kusuma Winata
19/7/2019 23:30
Pengenalan Sejarah Jalur Rempah Perlu Digencarkan
Peta jalur rempah Indonesia(ist)

PENGENALAN dan edukasi mengenai Jalur Rempah perlu diestafetkan khususnya kepada anak-anak muda. Hal itu agar memori sejarah akan kekayaan Nusantara bisa diestafetkan antar generasi.

Terlebih, kekayaan budaya Jalur Rempah saat ini dipersiapkan menjadi Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO.

"Jejak sejarah Jalur Rempah amat disayangkan jika harus tenggelam zaman. Kesadaran akan masa lalu kita sangat penting. Kami mengingatkan para pengambil kebijakan baik di pusat dan daerah, akan pentingnya pembelajaran untuk generasi muda tentang sejarah Jalur Rempah," kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Negeri Rempah Hassan Wirajuda, dalam keterangan pers, Jumat (19/7).

Ia menyatakan Indonesia merupakan pusat penghasil rempah yang telah diakui dunia. Perdagangan rempah kemudian turut mempengaruhi pertukaran budaya, filsafat, dan teknologi, dari berbagai bangsa.

Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan akivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara menjadi pemain penting di dunia lewat rempah-rempahnya.

Baca juga : Menghidupkan kembali Kejayaan Rempah Indonesia

Ternate dan Tidore, dua pulau kecil yang berdampingan di Laut Maluku, menjadi salah dua penghasil rempah di Nusantara.

"Pada abad ke-15, bangsa Portugis menemukan rute ke Maluku. Ternate dan Tidore menarik perhatian mereka karena keberadaan cengkeh. Cengkeh juga yang kemudian mengundang minat bangsa Eropa lainnya, seperti Spanyol dan Belanda, untuk datang dan saling bersaing untuk menguasai wilayah di jalur rempah."

Dari dua pulau kecil di Maluku itu, imbuh Hassan, ada cengkeh Afo diyakini sebagai cengkeh tertua di dunia. Usianya diperkirakan ratusan tahun. Di sekitar kebun cengkeh Afo, tersebar tanaman pala, yang juga komoditas andalan dari Ternate dan Tidore.

"Sejarah mencatat, cengkeh merupakan alasan mengapa begitu banyak bangunan benteng di sekitar Ternate dan Tidore. Benteng-benteng itu dibangun Spanyol dan Portugis tidak lain untuk melindugi cengkeh, yang kala itu dianggap sebagai harta karun," tutur mantan Menteri Luar Negeri itu.

Yayasan Negeri Rempah bersama Kementerian Koordinator Kemaritiman merancang program Spice Route Connexion Indonesia (SRCI) untuk memperkuat visi maritim Indonesia. Salah satu inisiatifnya ialah penyiapan pengajuan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia (World Heritage).

Staf Khusus Sekretaris Menteri Koordinator Kemaritiman Ary Prihardhyanto Keim menyatakan nilai historis Jalur Rempah bisa memperkuat visi kemaritiman Indonesia.

Secara strategis, pengetahuan sejarah Jalur Rempah juga bisa dimanfatakan untuk mengembangkan strategi nasional. Hal itu juga untuk mengantisipasi Tiongkok yang kini membangun Jalur Sutra Maritim.

"Indonesia dulu makmur karena rempah hingga bangsa lain berdatangan. Cara terbaik ialah kita harus terbaik mengumpulkan informasi yang komprehensif tentang rempah kemudian membangun kembali Jaluer Rempah. Ini bisa untuk mengantisipasi Tiongkok," ucapnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya