Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Bukan hanya memiliki beragam keahlian dan prestasi, fotografer perjalanan dan konsultan citra Nala Rinaldo juga punya segudang hobi. Dari berbagai jenis seni, olahraga bela diri, hingga skateboard, semuanya ia tekuni dengan sangat serius. Pada beberapa bidang, Nala bahkan telah menjadi master dan sempat mengajar juga.
"Semua seni aku suka, tapi kalau seni musik jadi pendengar saja karena suaraku kurang bisa nyanyi. Seni lain seperti seni rupa, tari, bela diri pernah terlibat," tutur Nala, Selasa (2/7), di Kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Nala menceritakan, sejak kecil ia memang belajar seni rupa. Ia sempat bergabung dengan sanggar pelukis di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Karya lukisnya bahkan sempat dipamerkan pada pameran lukisan ketika itu. Kemudian, sewaktu kelas 2 SMA ia juga bergabung dengan sanggar lukis di Bandung, Jawa Barat.
"Ketika itu yang terpikir di benak, yang terpenting hanya senang melukis dan berkesenian, asal melukis saja, tidak pernah terpikir kelak mau jadi apa," ujarnya.
Seni tari juga ia pelajari sejak masih di sekolah dasar (SD). Setiap HUT RI Bulan Agustus, ia bersama teman-teman masa kecilnya juga menampilkan sendra tari. Kegiatan seni tarinya berlanjut hingga SMA dan ia terlibat dengan pementasan seni kabaret.
"Karena aku memiliki badan yang lentur, sekitar tahun 1980-an sewaktu SMA di Bandung belajar break dance sendiri. Lalu pada tahun 1983-1985 malah sempat mengajar break dance juga," kenangnya.
Masa muda Nala diisi dengan mempelajari banyak hal. Ia juga mempelajari seni olahraga bela diri. Ada sembilan jenis bela diri yang ia pelajari. Antara lain taekwondo, silat bangau putih, karate, silat okinawa, taici, kungfu, eskrima, dan jetkundo.
Silat okinawa merupakan teknik bela diri asal Jepang. Jetkundo adalah bela diri yang dipopulerkan Bruce Lee. Eskrima merupakan bela diri dari Filipina. Adapun kungfu dan taici merupakan olahraga asal Tiongkok. Pada olahraga kungfu dan taici, Nala sempat menjadi master dan mengajar untuk dua seni bela diri tersebut pada 2011-2014.
"Saya melakukan segala sesuatu dengan dasar yang penting aku happy. Semuanya terus aku jalani untuk jadi orang yang lebih happy dan lebih ceria,"katanya.
Pada saat yang sama, sewaktu Nala masih jadi pelajar SMP hingga kelas 1 SMA, ia juga bergabung dengan klub skateboard di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian sewaktu melanjutkan sekolah kelas 2 SMA di Bandung, Nala lebih serius bermain skateboard karena di sana ada arenanya. Ia juga membentuk klub skateboard di Bandung.
Dari main skateboard itu Nala punya pengalaman jatuh hingga membuat jari kelingkingnya patah di 1984. Namun, kejadian itu tidak menyurutkan langkahnya. Bahkan, sampai sekarang pun ia masih aktif ber-skateboard, selain juga aktif belajar surfing, jetsky, dan diving.
"Semua proses belajar itu bagi saya untuk mencari kesenangan. Jadi selama saya masih bisa bergerak, semua hobi dan aktivitas itu tidak akan berhenti," pungkas Nala. (Tosiani / TS)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved