Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Forum Rektor: Kelompok Eksklusif di Kampus Perlu Ditangani Bijak

Dhika Kusuma Winata
03/6/2019 18:41
Forum Rektor: Kelompok Eksklusif di Kampus Perlu Ditangani Bijak
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Asep Saefuddin(MI/Bary Fatahillah)

SETARA Institute baru-baru merilis hasil riset bertajuk Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa di 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hasilnya, 10 PTN tersebut menjadi tempat tumbuhnya kelompok Islam eksklusif transnasional yang berpotensi berkembang ke arah radikalisme.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Asep Saefuddin mengatakan kelompok-kelompok yang eksklusif di kampus sebaiknya mulai ditangani secara bijak oleh pimpinan perguruan tinggi. Caranya, melalui pendekatan dialog.

"Secara umum saya mengharapkan para mahasiswa sebaiknya memahami dan menghormati adanya keberagaman baik eksternal ataupun internal agama. Kewajiban menjalankan ajaran agama yang dijalankan juga juga harus menghormati koridor bernegara," kata Asep dihubungi Media Indonesia, Senin (3/6).

Baca juga : Kampus Harus Kembangkan Nilai Moderat dan Kebangsaan

Kesepuluh kampus tersebut ialah Institut Pertanian Bogor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, dan Universitas Mataram.

Asep menyakini hasil riset tersebut bukan cerminan utuh yang menggambarkan kondisi mayoritas di perguruan tinggi tersebut. Ia percaya sebagian besar civitas kampus masih banyak yang mengembangkan nilai toleransi dan kebangsaan.

Meski begitu, ia mengakui kecenderungan adanya kelompok eksklusif memang bisa terjadi di perguruan tinggi. Salah satu penyebabnya, ialah terjadinya polarisasi pandangan yang mengesankan seolah-olah ada pihak yang memusuhi Islam.

"Saya pikir pandangan seperti itu tidak perlu tumbuh di kalangan mahasiswa. Tentu pembinaan, pembukaan wawasan, dan keterbukaan perlu dibangun, termasuk dialog terbuka dengan ulama yang paham tentang Islam moderat," ujarnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik