Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Banjir Bengkulu Bukan Akibat Pertambangan

Indriyani Astuti
29/4/2019 21:00
Banjir Bengkulu Bukan Akibat Pertambangan
Warga menjemur perabotan rumah tangga yang basah akibat terendam banjir di kawasan Tanjung Agung, Bengkulu(ANTARA FOTO/David)

MENINGKATNYA debit air sungai Bengkulu hingga menyebabkan musibah banjir dan longsor tidak lepas ulah manusia. Meski begitu, alih fungsi lahan hutan ke pertambangan bukan penyebabnya.

Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Putera Parthama mengemukakan hal itu ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, Senin (29/4).

Putera mengatakan berdasarkan peta planologi Bengkulu terlihat tutupan lahan di Bengkulu sebanyak 80% terdiri dari pertanian lahan kering campur seluas 37.858 hektare pada daerah tangkapan air (DTA) yang memperburuk daya dukung lingkungan. Adapun kegiatan tambang hanya sekitar 2,24% atau 1.053,5 hektare dan merupakan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH).

"Kalau menurut peta, pertambangan hanya 2%. Dominan pertanian lahan kering. Jadi tidak bisa juga bilang rusak karena pertambangan," ujarnya Putera.

Di kesempatan berbeda, Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) Doni Murado menyebutkan bencana banjir dan longsor di sembilan kabupaten di Provinsi Bengkulu disebabkan kerusakan di kawasan hulu sungai yang merupakan daerah tangkapan air. Ia menyebut, dari temuan BNPB tangkapan air di hulu sungai mengalami perubahan fungsi lahan karena pertambangan sehingga menyebabkan banjir.

BNPB mencatat sejauh ini bencana banjir di Bengkulu telah menewaskan 29 orang korban dan 13 lainnya masih dinyatakan hilang. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya