Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SEKOLAH atau lembaga pendidikan harus gencar menumbuhkan rasa empati bagi para siswa untuk mencegah terulangnya kasus perundungan di kalangan remaja. Seruan itu dikemukakan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro berkaca dari kasus pengeroyokan Audrey, 14, siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat.
"Perundungan muncul karena rasa empati di kalangan remaja saat ini semakin tergerus," kata Koentjoro di Yogyakarta, kemarin.
Rasa empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Hilangnya rasa empati itu membuat remaja tega melakukan perundungan karena mereka tidak merasakan apa yang dirasakan korban, melainkan hanya mementingkan kesetiakawanan pada kelompoknya.
Tergerusnya rasa empati, sambungnya, juga ikut dipengaruhi maraknya penggunaan telepon pintar atau gadget yang membuat orang tidak terlalu acuh dengan sekitarnya. "Saya kira sekolah memiliki peran untuk menanamkan rasa empati itu. Sekarang di ruang-ruang publik para remaja asik main telepon genggam sendiri-sendiri tidak ada tegur sapa," imbuhnya.
Peristiwa yang menimpa Audrey, korban penganiayaan belasan murid SMA, menyebar luas di dunia maya dan membuat tagar #justiceforAudrey menjadi topik bahasan utama dalam dua hari terakhir. Pada Rabu malam (10/4), Kepolisian Resor Kota Pontianak telah menetapkan tiga murid SMA yang masing-masing berinisial FA atau Ll, TP atau Ar dan NN atau Ec sebagai tersangka.
Baca Juga: Spesies Baru Manusia Purba Ditemukan
Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyatakan, munculnya petisi #JusticeForAudrey belum menyentuh akar masalah. "Pada tataran fundamental, sepakatkah kita untuk melakukan revisi besar-besaran UU Sistem Peradilan Pidana Anak?" kata Riza.
Inti revisi adalah penurunan batasan usia anak, penentuan jenis perbuatan pidana yang dapat dikenakan sanksi yang diperberat atau bahkan dikecualikan dari UU Sistem SPPA, dan penetapan batas hukuman minimal.
Kontrol orangtua
Sehari setelah kejadian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menjenguk Audrey di rumah sakit dan mendatangi pelaku.
Seusai memberikan pengarahan kepada para kepala sekolah, guru, dan para orang tua pelajar di Pontianak, Mendikbud meminta guru dan pimpinan sekolah cepat merespons. "Masalah ini dalam menyelesaikannya hendaknya dengan mendidik, dan anak bukan penjahat, karena mereka sedang mengalami masa pertumbuhan," ucapnya.
Mendikbud mengimbau agar ilmu jiwa, ilmu sosiologi pendidikan, dan konseling sekolah bisa diterapkan ke anak didik. "Saya juga minta para orang tua dan guru agar memantau aktivitas anak-anak mereka, dan kepada orang tua yang memberikan kebebasan terhadap anaknya untuk menggunakan gawai atau gadget agar memeriksa apa yang ada di gawai mereka, termasuk siapa temannya, dan apa konten dalam gawai tersebut," imbaunya.
Dari pemaparan polisi, menurut Mendikbud, isu yang viral di medsos bahwa korban dikeroyok oleh 12 pelaku juga tidak benar. "Termasuk soal merusak area sensitif korban juga tidak benar." (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved