Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ALFIAN Edgar Tjandra mencetak prestasi membanggakan. Pelajar Indonesia dari SMA Kharisma Bangsa ini berhasil lolos diterima kuliah di perguruan tinggi terkemuka dunia, Harvard University, Amerika Serikat, tahun ini.
Kabar tembusnya Edgar ke Harvard University diterima pihak sekolah melalui surat elektronik pada 29 Maret lalu. Sontak, berita tersebut membuat Kepala Sekolah SMA Kharisma Bangsa, Imam Husnan Nugroho, bersyukur dan bangga. Mengingat peluang masuk kampus top peringkat dunia tersebut dengan kuota internasional yang ditetapkan sangat terbatas dan amat selektif
"Kita semua tahu Harvard University amat selektif dengan kuota terbatas hanya 150 mahasiswa baru dari berbagai penjuru dunia. Data yang kami dapat saat ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Harvard sekitar 50 orang," ungkap Imam yang mendampingi Edgar di SMA Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (7/4).
Menurut Imam, sebenarnya Edgar juga diterima pula di Nanyang Technological University (NTU), dan National University of Singapore (NUS), kampus-kampus ini berada di peringkat ke-3, ke-11, dan ke-12 dalam peringkat universitas versi QS World University Ranking 2019.
Selain itu, Edgar juga diterima di Carnegie Mellon University Amerika (peringkat ke-46) dan University of Waterloo Kanada (peringkat ke-163). Carnegie Mellon University Amerika (peringkat ke-46) dan University of Waterloo Kanada (peringkat ke-163).
Namun, Edgar, yang sejak SD hingga SMA selalu menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang digelar Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu, memutuskan melanjutkan ke Harvard University dan mengambil studi ilmu komputer.
Imam menjelaskan, siswanya diterima di Harvard ditempuh dengan seleksi amat ketat di antaranya tes SAT (scholastic aptitude test) serta esai. Edgar berhasil meraih nilai tes SAT 1.510 poin dari ketentuan nilai maksimal dalam tes SAT 1.600 poin. Tes SAT dalam bahasa Inggris dengan materi matematika.
Namun begitu, lanjut Imam, SAT sebetulnya belum jadi jaminan diterima. Karena di Harvard misalnya, harus dikejar lewat esai dan juga melihat keseimbangan hidup calon mahasiswa, antara kecakapan akademik dan kecakapan sosial.
Dia menambahkan lulusan SMA Kharisma Bangsa di antaranya diterima di beberapa negara seperti Singapura, Australia, Jerman, Jepang, dan Turki.
Baca juga: Tenaga Spesialis Kurang Bisa Turunkan Akreditasi RS
Dalam kesempatan itu, Edgar mengutarakan ia juga menulis tiga esai dalam bahasa Inggris dan dikirim lewat online. Di antara tema esainya ialah pengalaman mendaki Gunung Rinjani. Edgar mengemukakan, pada 2015 dirinya mendaki Gunung Rinjani tetapi gagal. Namun, ia tidak menyerah dan mengulangi kembali pada 2016 hingga berhasil mencapai puncaknya.
"Nah, semangat pantang menyerah dan tidak takut gagal yang saya tulis dalam esai ini sepertinya menjadi poin utama saya dapat diterima di Harvard," cetus kelahiran Jakarta 3 April 2001 yang sejak kecil menyukai Matematika dan bermain gim ini.
Kesuksesan Edgar masuk Harvard University nampaknya telah terasah sejak kecil yang menyukai matematika.
Sederet prestasi diukir usia SD dengan menyabet kejuaraan matematika di level nasional dan internasional. Pada 2012, ia meraih medali perak dalam Olimpiade Matematika dan Sains Internasional di India.
Pada 2013 di Bulgaria meraih perak matematika. Kemudian pada 2014 saat duduk di bangku SMP meraih medali perunggu di OSN. Dan pada 2017, ia menyabet medali emas OSN SMA Matematika, dan pada 2018 meraih medali perak di Olimpiade Matematika Internasional di Rumania.
Saat ditanya apa kiat sukses dengan prestasi yang diraih, menurutnya, dukungan orangtua amat berperan menumbuhkan kecintaannya pada matematika. Sehingga tidak menjadi momok sebagaimana bagi siswa lainnya.
Ia mengaku pertama kali dikenalkan matematika oleh orang tuanya di taman kanak-kanak (TK) melalui permainan olah pikir.
"Orangtua saya mengenalkan dalam bentuk think fun dengan game untuk bermain angka secara menyenangkan sehingga hingga amat berkesan dan melekat hingga cinta saya pada matematika hingga sekarang," pungkas Edgar. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved