Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

BMKG Luncurkan Sistem Pengamatan Cuaca untuk Penerbangan

Indriyani Astuti
02/4/2019 09:44
BMKG Luncurkan Sistem Pengamatan Cuaca untuk Penerbangan
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati(MI/ROMMY PUJIANTO )

KEPALA Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meluncurkan Automated Weather Observing System (AWOS) iRMAVIA di Kantor BMKG Pusat, Selasa (2/4).

Dwikorita menuturkan AWOS iRMAVIA merupakan produk dalam negeri, karya anak bangsa, generasi milennial BMKG.

iRMAVIA singkatan dari iRM yang diambil dari sub Bidang Instrumentasi Meteorologi, sub Bidang yang mengembangkan AWOS dan Avia, yaitu Aviation.

"Total bandara di Indonesia ada 297 bandara, tetapi jumlah AWOS saat ini hanya 180 yang beroperasi di setiap bandara. Kondisi ini masih jauh dari ideal," ucap Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan, selama ini, kebutuhan AWOS didapat dari produk impor dengan harga lebih mahal. Selain itu juga dalam pemiliharaan agak sulit mendapatkan bagian-bagiannya.

Untuk itu, lanjut Dwikorita, BMKG mengembangkan AWOS iRMAVIA bekerja sama dengan mitra industri dan perguruan tinggi.

Baca juga: Bandara Alternatif Penting untuk Mitigasi

Sementara itu, Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi Widada Sulistya menuturkan AWOS merupakan sistem pengamatan cuaca bandara yang dikonfigurasi untuk memberikan informasi kondisi cuaca bandara secara real time berupa parameter suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin, jarak pandang, serta tinggi awan.

Informasi ini, lanjut Widada, akan ditransimisikan ke stasiun meteorologi penerbangan dan layanan navigasi untuk panduan tinggal landas dan lepas landas pesawat terbang.

Pengembangan AWOS iRMAVIA melalui berbagai tahap. Tahap awal memiliki fokus pada perancangan sistem dan tampilan. Tahap berikutnya, meliputi penyempurnaan sistem, penyandian otomatis, dan penyiapan implementasi. Terakhir, pengembangan sistem meliputi implementasi sistem dan evaluasi.

Pada tahap awal, BMKG telah mengembangkan penggunaan data dan sensor secara fleksibel. Proses terakhir, imbuh Widada, akan dilakukan pengembangan data observasi dalam database.

“Ini menjadi langkah awal bagi Indonesia menuju kemandirian penyediaan peralatan penunjang keselamatan penerbangan sehingga angka kecelakaan transportasi udara akibat faktor cuaca dapat diminimalisir,” tukas Widada. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya