Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Seniman Yogyakarta Berburu Plastik

FU/M-1
23/3/2019 05:10
Seniman Yogyakarta Berburu Plastik
RUANG BERKARYA: Mutia, Lily, Ayu, dan Ryani berkumpul di ruangan berukuran 3,5 x 6 meter yang berfungsi sebagai basecamp Tactic Plastic berkarya.(MI/FURQON ULYA HIMAWAN)

SORE baru saja datang, tapi langit sudah gelap sekali. Dua orang perempuan, Mutia Bunga Rozalina (24), dan Lily Elserisa (24), baru pulang berburu plastik.

Di rumah, tepatnya di Jalan Bimo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mereka sudah ditunggu Ryani Palje Disi Silaban (22), dan sang pemilik rumah, Ayu Arista Murti (39). Rumah itu sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan para seniman perempuan mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini dalam mengolah sampah plastik. “Kami sudah memulainya sejak 2016,” kata Ayu.

Gerakannya berangkat dari kega­lauan terhadap timbunan sampah plastik yang kian memprihatinkan. “Kalau dipikir-pikir, plastik itu seperti memberikan manfaat, tapi akhirnya malah menimbulkan masalah. Jadi, fungsi itu seperti palsu,” tambah Ayu.

Bertolak dari situ, dia mencoba membuat gerakan memulung sampah plastik diolah menjadi karya seni. Ayu pun mengajak teman-teman lainnya yang seide dengannya. Gayung bersambut, Bunga tertarik dan bergabung. Mereka berdua mengaku sering ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Yogyakarta untuk mencari sampah plastik.

Tak hanya di TPA Piyungan, Ayu dan Bunga juga berburu sampah di sekitar pinggir pantai di daerah Bantul. Agar proses perburuan efektif dan efisien, mereka bekerja sama dengan beberapa bank sampah.

Perburuan juga berlanjut ke teman-teman Ayu dan Bunga. Kepada teman-temannya, Ayu meminta agar sampah plastik tidak dibuang, tapi dikumpulkan dan nantinya diambil. Dari situlah kampanye pengolahan sampah plastik menjadi karya seni, mereka jalankan dan membuat art group sejak perte­ngahan Juli 2018. “Namanya Tactic Plastic,” kata Bunga.

Tactic Plastic memiliki arti tactical, tangible from plastic, yakni sesuatu yang bisa dipegang, diraba, dan dirasakan dan berbahan plastik.

Lalu mereka sepakat membuat ge­rakan yang lebih efektif lagi, yakni memotong jalur sampah plastik sebelum sampai ke TPA atau bank sampah.

“Jadi, daripada mereka buang plastik di TPA atau bank sampah, mendingan langsung ambil terlebih dahulu,” kata Ayu.

Donatur plastik

Berburu plastik dengan cara potong kompas, menurut Ayu, bisa lebih mendekatkan grup Tactic Plastic kepada masyarakat. Mereka bisa langsung bertemu dengan pemakai plastik dan bercerita tentang kampanye yang mereka usung, mengolah sampah plastik menjadi karya seni.

“Ada komunikasi dengan pembuang sampah dan kami bisa langsung dapat sampah ke orangnya. Ini juga menjadi kampanye untuk tidak membuang sampah plastik sembarangan,” ujar Ayu. Mereka kemudian juga menyebarkan gerakan itu melalui media sosial. “Kami memulung sampah online,” katanya.

Art group Tactic Plastic memanfaatkan momen ketika bertemu dengan donatur plastik. Mereka menceritakan aktivitas Tactic Plastic dan alasan sampai rela berjalan jauh hanya untuk mengambil beberapa buah kantong plastik saja.

“Ada yang terinspirasi dan ada yang akhirnya menjadi donatur tetap,” ceritanya.

Donatur Tactic Plastic paling banyak perempuan, itu karena mereka selain melakukan kampanye mungut online, juga melakukan pendekatan pribadi. Jasa laundry dan kantor pos juga menjadi donatur langganan mereka.

Sambil berbincang, Ayu terus memelintir-melintir plastik berwarna putih sampai berbentuk mirip plastik rafia. Menjadikannya sebuah karya seni, prosesnya membutuhkan waktu lama dan tergantung jenis karyanya. Untuk membuat pilinan rafia saja, Ayu membutuhkan puluhan, bahkan sampai ratusan plastik.

“Waktunya lama. Butuh ketelitian seperti orang membatik,” kata Ayu sambil menunjukkan hasil karya seni yang terbuat dari sampah plastik.
Di tembok basecamp tempat mereka kumpul, beberapa karya seni mereka pajang. Ada yang ukurannya besar dan ada yang kecil. Bahan-bahannya dari kantong plastik.

Karya-karya mereka kemudian dijual melalui daring dan hasilnya untuk kebutuhan operasional Tactic Plastic. “Karena ingin survive dan mandiri,” kata Ayu.

“Gak ada yang mau ngopeni orang-orang kayak kami. Jadi, kami harus membuat langkah strategis untuk membantu subsidi silang berkarya. Kami jualan marchandise secara da­ring,” imbuh Ayu. Galastica ialah tempat mereka jualan daring.

Sekilas, karya dompet-dompet Tactic Plastic memang mirip kain. Namun, jika diperhatikan saksama, terdapat tekstur yang mengilap dan ada sedikit guratan-guratan. Jika dipegang, kita akan mengetahui bahan dasarnya bukan dari kain, melainkan dari plastik.

Workshop warga

Selain melakukan gerakan memulung daring, Tactic Plastic juga menggelar workshop untuk edukasi pengolahan plastik kepada komunitas dan warga.

Harapan mereka, ada sebuah gerak­an bersama yang bersinergi dan melengkapi antargerakan agar benar-benar limbah plastik dapat teratasi. “Jadi, tidak hanya tanggung jawab seniman saja, tapi kami ingin mewacanakan ada gerakan bareng antara seniman dan kelompok lainnya. Misalnya, pemerintah membuat kebijakan. Terus ada desainer dan siapa saja yang memang peduli pada lingkungan,” ujar Lily.

Ayu dan teman-teman Tactic Plastic senang gerakan mereka memulung sampah plastik secara daring mendapat respons positif dari masyarakat. Sebagai seniman, dia tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa memberikan apa yang dia miliki.

“Bagian kami mungkin memberikan solusi pengolahan, workshop, dan turun langsung bank sampah, semoga langkah kami menginspirasi yang lain,” ujarnya.

Tactic Plastic pun berencana membuat pos-pos donasi plastik bagi donatur yang ingin menyumbangkan sampah plastiknya. Karena semenjak mereka mengumumkan gerakan memungut sampah secara daring, banyak yang tertarik dan mendonasikan plastiknya, tak hanya di Yogyakarta, tapi juga sampai Bali. (FU/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik