Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Doktor Termuda di Indonesia Berasal dari ITS

Intan Yunelia
19/3/2019 12:58
Doktor Termuda di Indonesia Berasal dari ITS
Rendra Panca Anugraha, 24 tahun doktor termuda di Indonesia yang baru saja diwisuda di ITS, ITS/Humas.( ITS/Humas/Medcom)

INSTITUT Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mewisuda doktor termuda di Indonesia di usia 24 tahun empat bulan pada Minggu (17/3) lalu. Pemuda tersebut bernama Rendra Panca Anugraha dari Departemen Teknik Kimia.

Lewat program beasiswa yang digulirkan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yakni Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).

Program yang sudah berjalan sejak 2015 lalu ini menantang para sarjana unggulan untuk menyambung studi hingga tingkat doktoral dalam kurun waktu empat tahun.

Rendra merampungkan studinya dalam kurun waktu 3,5 tahun saja. Tidak hanya itu, ia berhasil melakukan publikasi penelitian di tiga jurnal ilmiah internasional yang bereputasi serta dua seminar nasional.

Rendra menceritakan dalam menjalani program PMDSU ada beberapa tantangan yang dihadapinya. Salah satunya adalah dalam hal penyediaan bahan eksperimen.

Baca juga: Pemerintah Diminta Evaluasi Uji Kompetensi Perawat dan Bidan

Kadang, Rendra sampai harus mencari sendiri bahan eksperimen yang dibutuhkan tersebut di luar negeri, sehingga perlu mengurus surat ekspor-impor barang.

"Sangat sulit untuk menemukan bahan baku penelitian saya di Indonesia," ujar Rendra, dalam keterangan resmi ITS yang diterima, Selasa (19/3).

Meski sulit ia tetap berpegang teguh kepada komitmennya untuk menyelesaikan studi doktoral sebaik mungkin.

Menurutnya, doktor adalah orang yang berdiri di ujung horison perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya. Karenanya, tugas seorang doktor setelah menyelesaikan studi doktoralnya adalah melanjutkan pengembangan ilmu di bidang tersebut.

"Cara saya menikmati masa muda adalah dengan menemukan solusi atas masalah yang ada di masyarakat dengan ilmu dan kemampuan yang saya miliki," tuturnya.

Dalam disertasinya, Rendra terfokus pada pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin.

Alasannya, Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline), padahal sumber daya tersebut sangat terbatas.

Oleh karenanya, ia menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa. (Medcom/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya