Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Buku Indonesia Laris di Pesta Buku Brunei 2019

Fajar Nugraha
07/3/2019 19:00
Buku Indonesia Laris di Pesta Buku Brunei 2019
(ANTARA FOTO/Siswowidodo)

KBRI Bandar Seri Begawan untuk kedua kalinya berpartisipasi dalam Pesta Buku Brunei di Bandar Seri Begawan, 27 Februari-5 Maret. Sejumlah buku Indonesia laris terjual.

Pesta Buku 2019 adalah pameran buku terbesar di Brunei. Pameran tahun ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Kebangsaan Brunei ke-35 serta Bandar Seri Begawan sebagai Ibukota Budaya Islam Kawasan Asia 2019, di bawah inisiatif Islamic Educational, Scientific and Cultural Organisation(ISESCO). Selain Indonesia, pameran buku juga diikuti oleh Oman sebagaicountry of honor, diikuti oleh Malaysia dan Amerika Serikat.
 
Sementara tahun ini, KBRI bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia Kalimantan Barat yang diwakili oleh IAIN Pontianak Press, Top Indonesia, Pustaka Aloy, dan STAIN Press untuk mempromosikan buku-buku terbitan Kalimantan Barat di rak-rak stand Indonesia.
 
Kurang lebih 130 buku-buku karya penerbit lokal tersebut menarik perhatian para pemerhati, akademis dan peminat karya-karya literatur Indonesia, khususnya mengenai budaya lokal, seperti hasil penelitian budaya etnik Kalimantan, adat istiadat Melayu Sambas dan sejarah suku-suku lokal lainnya.

Baca juga: Onggy Hianata Tuangkan Kisah Hidupnya Dalam Buku

Bahkan pada hari kedua pameran berlangsung, buku-buku budaya lokal tersebut ludes diborong para peminatnya. Beberapa pusat studi seperti Pusat Sejarah Brunei telah menyatakan keinginannya untuk memborong langsung beberapa buku tersebut.
 
“Niat kami ke Brunei hanya promosi saja, Alhamdulillah rupanya banyak yang menyukai konten lokal dari penerbit-penerbit kami,” ucap Fahmi, wakil dari IKAPI Kalbar, dalam keterangan tertulis KBRI Brunei, yang diterima Medcom.id, Kamis, (7/3).
 
Karya-karya klasik terkemuka seperti Hamka, Pramoedya Ananta, ataupun kontemporer seperti Tere Liye, Habbiburahman el Shirazy, maupun buku-buku ringan dengan kategoric erita anak, kuliner, kesehatan, keterampilan dan budidaya perkebunan juga banyak dicari oleh para pengunjung.
 
"Selain memberikan keuntungan ekonomi, buku juga menjadi sarana diplomasi budaya Indonesia ke masyarakat Brunei Darussalam. Saat ini masih sedikit buku Indonesia yang masuk ke Brunei, padahal animo warga Brunei terhadap buku kita cukup tinggi. Untuk itu, kami akan terus dorong promosi buku Indonesia, termasuk melalui pameran buku ini,” ujar Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam Sujatmiko.
 
Partisipasi Indonesia diwakili oleh KBRI dan tiga toko buku swasta Indonesia yang memamerkan ribuan buku Indonesia terbitan penerbit nasional. Menurut mereka yang sudah sepuluh kali ikut pameran, buku Indonesia selalu banyak terjual dengan keuntungan yang lumayan.

Hanafi, dari toko buku Ridho Alawi Enterprise, mengaku kurang lebih 500-700 buku telah terjual dengan omset penjualan mencapai sekitar 8 ribu BND (setara Rp83,6 juta).
 
Pada kesempatan yang sama,Ketua IKAPI, Rosidayati Rozalina, telah berkunjung ke Brunei dalam rangka mengundang Brunei sebagai Country of Honour dalam Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 di Jakarta, 4-8 September mendatang. Kedekatan budaya dan bahasa antara Indonesia dan Brunei diharapkan dapat menjadi daya tarik utama negara kesultanan tersebut di IIBF.
 
Pesta Buku 2019 adalah pameran buku terbesar di Brunei. Pameran tahun ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Kebangsaan Brunei ke-35 serta Bandar Seri Begawan sebagai Ibukota Budaya Islam Kawasan Asia 2019, di bawah inisiatif Islamic Educational, Scientific and Cultural Organisation(ISESCO). (Medcom/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya