Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan segera menarik dan merevisi buku tematik Tema 7 kelas V sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiah (MI) berjudul Peristiwa dalam Kehidupan karena menyebut Nahdlatul Ulama (NU)
sebagai ormas radikal. Buku tersebut berkurikulum 2013 terbitan 2017. “Buku yang sudah rilis mungkin ada kekurangtepatan,” ucap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno, kemarin. Untuk memperbaikinya, Kemendikbud akan merevisi konten di buku itu dengan melibatkan para pakar yang relevan di dalam prosesnya. “Revisi dilakukan untuk menghindari konotasi yang kurang tepat sekaligus agar lebih sistematis penulisannya,” sebut Totok. Menurutnya, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud akan menggandeng LP Maarif dan penulis buku untuk bersama-sama memperbaikinya. Hal itu merupakan kesepakatan yang dicapai dalam pertemuannya dengan perwakilan organisasi dan lembaga masyarakat NU, LP Maarif di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (6/2). Paragraf yang dipersoalkan NU dalam buku tersebut terkait dengan masa perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Hindia Belanda. Masa yang disebutkan dalam buku ialah Masa Awal Radikal, yakni NU menjadi salah satu ormas yang berjuang melawan Hindia Belanda.
Totok menjelaskan, pengertian radikal atau keras dalam semantik kata ini ialah nonkooperatif atau tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda. “Jadi tidak memaknai bahwa NU merupakan organisasi radikal,” tukasnya.
Namun demikian, Totok mengapresiasi masukan dari LP Maarif itu. “Alhamdulillah organisasi besar seperti NU ini peduli dengan isi buku. Ini perlu diapresiasi,” sebut Totok. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Masduki Baidlowi, berharap buku itu segera ditarik dari peredaran agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang berlarut di masyarakat. “Bagaimana agar buku itu segera ditarik, baik e-book maupun cetak, dan segera direvisi,” ujarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved