Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kaum Milenial, Pasar yang Sulit

Tosiani
25/1/2019 09:20
Kaum Milenial, Pasar yang Sulit
(MI/PERMANA)

PANGSA pasar kaum milenial menjadi target marketing dan branding yang amat sulit ditaklukkan. Hal itu karena kecenderungan karakter milenial tidak setia dan mudah berpindah brand. Itu menjadi tantangan bagi pengusaha.

Persoalan itu mengemuka dalam talkshow di hari ketiga Festival Kopi Nusantara Media Indonesia 2019 pada Kamis (24/1). Talkshow dengan tema Marketing and branding 4.0, food and baverage menghadirkan dua narasumber yakni Yosanova, Industry Lead at Markplus Inc, dan Sonny Arca Adryanto, Founder Orins Corporation serta Novrizal dari Media Indonesia.

Yosanova mengatakan, hal paling menentukan dari marketing dan branding 4.0 adalah respons customer. Indikatornya, customer sudah bisa memberikan rekomendasi pada produk yang dijual. "Indikatornya di era digital ini harus bisa membuat customer untuk recommend. Kalau segitu cintanya customer sama kita, tapi belum bisa recommend berarti belum 4.0," cetus Nova.

Standardisasi menurutnya juga ada ukurannya. Yakni orang lain mengetahui produk yang dijual, kemudian mau membelinya atau tidak.

"Dia merekomendasikan produk tertentu berarti mempertaruhkan nama baik dia, kalau ternyata enggak enak, malu dong," ujar Yosanova.

Ia menambahkan, jika hendak membuka cabang usaha, pengusaha harus memerhatikan bagaimana caranya untuk menghadirkan pasar. Artinya, jika akan hadir di area baru, harus melihat dan memerhatikan seperti apa karakter customer, serta siapa saja dan seperti apa kompetitornya.

"Apakah kompetitor lokal atau yang sudah terkenal? Kita cari bedanya kita dari kompetitor apa. Diferensiasi itu harus diwujudkan. Diferensiasi itu harus dibuktikan. Diwujudkan satu per satu," katanya.

Pada tahap ini, katanya, perlu diperhatikan bahwa pasar milenial tidaklah mudah digapai. Sebab kaum milenial memiliki karakter yang unik. Ia membedakan milenial yang lahir 1980-an dan 1990-an. Milenial 1980-an cenderung multichannel. Mereka bisa dibidik dengan penjualan online dan offline. Berbeda dengan milenial 1990-an yang cenderung mencari keunikan.

Sonny Arca Adryanto, menceritakan, ia memulai bisnis Orins Cafe tahun 2010. Bermula dari bisnis makanan, yakni martabak. Lalu satu tahun setelahnya ia baru merambah bisnis kopi. Sejak awal ia merangkul pelanggan dengan memanfaatkan promosi di media sosial.

"Tim khusus untuk branding kami tidak ada. Kami masih fokus di marketing. Platform masif yang digunakan lewat online. Transportasi online juga sudah kerja sama dan kebetulan Sudah menang dua kali untuk kategori all time best favorit tahun 2016. Pada 2017 best parner gofood untuk kategori martabak," kata Sonny.

Buka cabang
Orins Group, menurut Sonny, saat ini masih fokus pada pasar di Jabodetabek. Cabang paling jauh baru di Surabaya dan Bandung. Ia menarget pada 2019 dapat membuka 10 cabang di kota-kota besar yang ada di Indonesia.
Diungkapkan Sonny, setiap akan membuka cabang, pihaknya memelajari karakter daerah dan studi demografi. Ia kerap menggunakan data statistik. Pada akhirnya, pilihan membuka cabang dilakukan di kota-kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

"Yang paling penting dari dua kota yang agak jauh ialah market tetap harus dijaga. Pilihannya modal kita kuat atau enggak. Kita bukan yang sebesar itu brand-nya. Yang paling irit promosi pakai medsos seperti Facebook, dan memanfaatkan jasa influencer. Ini cukup berhasil untuk brand awareness,"katanya.

Diungkapkan, hingga mencapai sukses, Sonny menawarkan produk yang berbeda sejak awal usaha. Seperti produk martabak piza dengan bermacam toping sewaktu tahun 2010 belum populer, sehinga respons konsumen cenderung bagus. Pada 2016 mulai bermunculan produk-produk serupa sebagai kompetitornya. Namun, jangan khawatir karena pengusaha harus berinovasi dengan bermacam produk turunan.

"Profit tidak harus dari produk utama, tapi bisa dari produk turunan, apa pun yang dilakukan yang penting ending-nya profit,"kata Sonny.

Senada dengan Yosanova, Sonny juga mengaku kerap kesulitan menggapai pasar kaum milenial. Soalnya, kaum milenial sangat mudah bosan dan beralih ke brand lain untuk mencari keunikan.

"Milenial yang dipermasalahkan semua bisnis. Milenial bukan kaum yang setia. Mereka bisa pindah ke brand mana pun yang mereka mau. Susah menaklukkan mereka, yang paling penting offline dijalanin, online-nya juga kencang," pungkas Sonny.  (TS/M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik