Secangkir Kopi Pahit Menangkal Hoaks

Tosiani/Cahya Mulyana
23/1/2019 10:30
Secangkir Kopi Pahit Menangkal Hoaks
(MI/PERMANA)

BEBERAPA orang duduk melingkari meja-meja di bawah tenda berwarna putih.

Mereka terlihat berbincang-bincang sembari menyeruput kopi dan menyantap camilan.

Di antara meja-meja itu, orang berlalu-lalang menuju stan-stan pameran yang menjajakan berbagai jenis kopi, produk varian kopi, dan aneka makanan.

Suasana itu mewarnai pergelaran Festival Kopi Nusantara 2019 di Gedung Media Indonesia, Kedoya, Jakarta Barat, kemarin.

"Pertama saya ucapkan selamat atas penyelenggaraan festival ini. Saya senang dengan acara seperti ini karena saya merupakan pecandu kopi," terang Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan saat membuka festival kopi tersebut.

Dalam festival yang berlangsung pada 22-25 Januari 2019 dan digelar dalam rangka perayaan hari ulang tahun ke-49 Media Indonesia itu, Jonan berharap industri kopi nasional bisa lebih bergairah.

Menurut Jonan, kopi memiliki makna dan cita rasa yang khas tergantung asal produk pertanian itu dihasilkan. Setiap daerah memiliki sentra pertanian kopi sehingga menjadi daya tarik bagi pecinta kopi dan menjadi modal untuk dijual ke luar negeri.

Di mata Founder Kopi Tanah Air, Mikhael Rudy, ngobrol ditemani secangkir kopi perlu terus dihadirkan sebagai budaya. Menurut Rudy, masyarakat Indonesia pada dasarnya suka ngerumpi dan bergosip.

"Gosip atau ngerumpi dengan perantara kopi maka dapat menghapus prasangka dan menangkal hoaks (kabar bohong)," ungkap Rudy, kemarin.

Pada taraf ini, Rudy yang juga peraih gold medal AVPA Gourmet Product 2018 di Prancis menganggap secangkir kopi dapat bermakna stabilitas negara di warung-warung kopi, tempat budaya ngopi dan ngobrol berkembang.

Bagi Rudy, budaya ngopi ini juga sebuah upaya membangun bangsa. Upaya itu dilakukan Rudy dengan membentuk Koperasi Komunitas Kopi Indonesia dengan anggota resmi mencapai sekitar 100 orang serta partisan di grup hingga 7.000 orang.

Bagi Founder Kopi Kawi Mengani Bali, Hendarto Setyabudi, kopi memiliki makna sebagai keberlangsungan hidupnya bersama petani di desanya.

Hal itu karena 200 ribu keluarga di Kintamani, Bali, menopang hidupnya dari bertani kopi. (Tosiani/Cahya Mulyana/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya