Manfaatkan Sampah Nonorganik Jadi Barang Bernilai Ekonomi
Fetry Wuryasti
19/12/2015 00:00
( ANTARA/Muhammad Iqbal)
Barang nonorganik umumnya hanya terbuang menjadi sampah dan terlupakan. Namun dengan berbagai ide kreatif, sampah menumpuk bisa disulap menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.
Tutup botol plastik, misalnya, dapat disusun dan dikemas menjadi sebuah wadah berbentuk tabung untuk menyimpan alat tulis. Kemudian bibir dari gelas plastik bekas minuman bisa kaitkan satu sama lain menjadi keranjang jinjing.
Koran-koran tak terpakai pun ternyata bisa memiliki nilai ekonomi berlimpah dengan menjadikannya vas bunga. Bahkan kantong plastik keresek bisa dijahit menjadi satu gaun yang indah lengkap dengan lapisan dalam terbuat dari bekas spanduk.
Seperti itulah hasil karya bernilai ekonomi dari bahan sampah yang dipamerkan Kreasi Lentera Patra Cilacap, mitra binaan Pertamina Persero dalam pilar berdikari untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.
Pengelola mitra binaan sekaligus Ketua kordinator gerakan kelompok bina usaha Pertamina di Cilacap, Ahyeni Martiyowati,50 tahun, mengatakan keinginan untuk mengolah sampah berasal dari keprihatinan dia melihat sampah yang menumpuk dan mencemari lingkungan.
"Berawal pada bulan puasa di tahun 2009, saya berkeliling sekitar perkampungan tempat tinggal di Saliwangi, Cilacap, dan memungut sampah plastik yang berserakan di pasar. Saat orang-orang bertanya akan digunakan untuk apa, saya jelaskan bahwa bila sampah plastik dikubur, tidak akan terurai selama 200 tahun, pun bila dibakar akan menghasilkan ozon yang mengotori udara," ujarnya di Yogyakarta, Jumat malam (18/12).
Usahanya mengedukasi lingkungan sekitar tidak sia-sia. Semenjak saat itu, orang-orang yang tinggal di sekitar tempat tinggal Ahyeni mulai dengan sukarela menyumbangkan sampah-sampah non organik rumah tangga. Mereka bersedia mengumpulkan karena tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan barang bekas.
Perlahan, Ahyeni mengajari para ibu dan remaja wanita yang baru lulus SMA namun tidak mampu meneruskan kuliah dan juga wanita lanjut usia dengan keahlian merangkai dan mengolah barang bekas menjadi barang baru yang punya nilai ekonomi.
Dalam mitra binaan yang dibangun sejak 2010, terdapat enam kelompok bina usaha, yang masing-masing menymbang dari limbah tertentu, mulai dari limbah alam, kaleng, perca, plastik, hingga campuran.
"Seperti vas bunga dan guci dari lintingan koran. Korannya disupplai oleh para plasma. Ada pula dari mereka yang langsung membuat kreasi. Tentu ada harganya. Seperti vas bunga dari koran, untuk menjadikannya sedemikian rupa, kami cukup menggunakan lem kayu dan pewarna makanan sehingga lintingan koran yang telah dilekukkan dibentuk-bentuk mejadi kaku. bila ingin kaku lagi, bisa kembali dilapisi lem kayu,"
Bahan-bahan baku untuk kebutuhan sebuah kreasi, disupplai oleh para plasma atau penyuplai bahan bekas. KBU kemudian akan membeli dan menjualnya kembali. Para plasma akan dibayar sebanyak usaha dia untuk membuat olahan bahan bekas menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan.
"Jadi tidak menunggu barang di galeri terjual lebih dahulu, baru para plasma atau penyuplai dibayar. Mereka langsung kami bayar sesuai kreasi yang mereka serahkan kepada kami,"
Harga yang dijual dari olahan bahan bekas pun sangat bervariasi, mulai Rp 2000 untuk gantungan kunci, sampai Rp 300-400 ribu untuk sebuah tas yang terbuat dari anyaman tikar. Ahyena mengakui pihaknya hanya membuat 6 item untuk satu jenis produk untuk menghindari kebosanan dari para pengrajin.
Diutarakan Ahyena, warga seringkali tidak sadar akan sampah yang mereka buang. Bahwa sebenarnya masih banyaknyang bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual. Sayangnya, kemauan sumber daya manusia untuk maju seringkali tidak ada.
"Tidak sedikit ibu-ibu di desa berusia 50 tahun seperti saya tidak mau berusaha gigih untuk bekerja dengan alasan takut salah dan tidak mau belajar. Padahal usaha seperti ini bisa menghidupkan dan menggerakkan perekonomian di lingkungan tinggal," tukas Ahyena.
Manager Corporate CSR Pertamina Persero Agus Mashud mengatakan pameran hasil mitra binaan dalam acara Gebyar Energi Pertamina menunjukkan keberhasilan dari program CSR mereka mensejahterakan masyarakat di sekitar unit operasi.
"Kami ajarkan ke masyarakat dan memotivasikan mereka untuk bisa berhasil seperti desa binaan tersebut, ada Semarang dengan Desa Pesisir, Kulon Progo dengan Desa Pertanian, Brojonegoro dengan Desa Peternakan, Cilacap penghasil karya pegolahan barang daur ulang dan Yogya dengan kreasi batiknya. Ini merupakan bagian dari pilar ke empat Pertamina, yakni pertamina berdikari yang terkait dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat," tutur Agus. (Q-1)