Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Umat Berhikmat, Bangsa Beradab

Rahmatul Fajri
23/12/2018 20:50
Umat Berhikmat, Bangsa Beradab
(MI/RAMDANI)

NATAL selaiknya menjadi momentum intopeksi diri bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya bagi umat Kristiani. Pasalnya, Natal membawa pesan-pesan damai yang seharusnya diilhami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Terlebih saat ini, di tengah tahun politik yang menguras energi, bahkan tak jarang berujung pada pergesekan yang terkadang tak bisa dielakkan.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Ignatius Suharyo pun meminta melalui momentum tersebut, nilai yang diajarkan mengenai perdamaian antarsesama terus digaungkan.

Ia menilai sudah saatnya manusia kembali kepada nilai luhur yang diajarkan Sang Pencipta.

"Sebenarnya kembali kepada hikmat manusia sejatinya, yakni mengedepankan nilai-nilai luhur dan beradab. Kalau kita berhikmat, bangsa akan beradab," ujar Ignatius ketika dihubungi Media Indonesia, Minggu (23/12).

Ignatius juga meminta semua lapisan masyarakat untuk bersinergi dan bersatu meraih cita-cita para pendiri bangsa, yakni menuju Indonesia yang adil dan sejahtera.

Ia menilai apa pun latar belakang suku, ras, dan agama memiliki cara yang berbeda untuk mencapai tujuan itu. Namun, bukan berarti menjadi penghalang untuk cipatakan suasana damai dan sejuk.

"Kalau kita mampu berperan, meskipun dengan cara kita yang berbeda-beda dan menerima perbedaan itu, bangsa kita akan beradab," kata Ignatius.

Berhikmat, kata Ignatius, merupakan ejawantah dari Pancasila sila keempat, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Selain itu, sejajar pula dengan hikmat yang diajarkan sang Pencipta dan diwujudkan dalam sikap dan perbuatan yang luhur kepada sesama. Sehingga, pada dasarnya hikmat itu merupakan cerminan manusia yang mulia.

"Tentu saja menghormati hak asasi manusia dan menghindari perbuatan yang tidak sesuai dengan martabat manusia sejati, seperti tindakan diskriminatif, fitnah, berita bohong, dan kekerasan. Pada dasarnya menghindari perbuatan tersebut sesuai dengan hikmat Tuhan dan diajarkan Yesus," kata Ignatius.

Maka dari itu, Ignatius mengatakan dengan hikmat manusia yang mulia, dibarengi dengan momentum Natal, serta tahun politik, menjadi kesempatan untuk saling meminggirkan kepentingan kelompok tertentu dan mengedepankan pesan perdamaian. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya