Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BELUT bernilai miliaran euro diperdagangkan setiap tahun dari Eropa, dan berakhir di meja makan di Tiongkok dan Jepang. Kondisi ini sering disebut sebagai ‘kejahatan terhadap satwa liar terbesar di bumi’.
Populasi belut eropa (Anguilla anguilla) menurun sebanyak 90% dalam 3 dekade terakhir. Hal ini disebabkan karena pengembangan wilayah ke lahan basah dan menghancurkan sungai yang dibutuhkan belut untuk tumbuh dan mencari makan. Para ahli mengkhawatirkan sejumlah pelaku kriminal yang menyelundupkan ikan ini akan mendorongnya ke dalam kondisi kepunahan.
Meskipun ada kekhawatiran dari para konservasionis, ratusan ton belut masih ditangkap secara legal dan ilegal setiap tahunnya. Di Prancis, yang menangkap hasil laut lebih banyak dari Negara Bagian Uni Eropa lainnya, masalah ini telah dibawa ke dimensi politik.
“Ada sekitar 10% populasi tersisa jika dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu disebabkan hilangnya habitat,” kata Ketua Sustainable Eel Group (SEG), Andrew Kerr.
Penurunan tajam populasi belut telah memicu beberapa tindakan dari pemerintah dan lembaga penegak hukum. Sekarang belut sudah terdaftar dalam konvensi internasional CITES sebagai perdagangan spesies yang terancam punah.
Masalahnya, menurut kepala peraturan penangkapan ikan di Badan Keanekaragaman Hayati Nasional Prancis Michel Vignaud ialah permintaan negara-negara Asia untuk produk ini membludak. “Namun, kami tidak dapat mengekspor belut keluar Uni Eropa karena harganya berbeda di Asia. Padahal, ada permintaan yang serius untuk belut di negara-negara Asia,” katanya.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mengatakan pada 2016 Tiongkok memproduksi hampir seperempat juta ton belut untuk dikonsumsi, jauh melebihi di Jepang dan juga di Uni Eropa.
Persatuan agen penegak hukum Europol memperkirakan sebanyak 100 ton bayi belut diperdagangkan ke luar negeri setiap tahun. Jumlah itu setara dengan sekitar 350 juta ikan.
“Perdagangan bayi belut termasuk ke dalam kejahatan lingkungan, penyelundupan, penipuan dokumen, penghindaran pajak, dan pencucian uang,” kata juru bicara Europol.
Siklus hidup belut eropa dimulai di air topaz Laut Sargasso. Telur-telur belut hanyut mengikuti arus melintasi Atlantik, yang sering kali memakan waktu hingga dua tahun untuk mencapai titik tempat makannya di Eropa.
Belut hidup ditangkap secara besar-besaran di bagian barat Eropa sebelum diselundupkan ke timur dengan menggunakan mobil van atau lori, sering kali dilabeli sebagai ikan yang tidak terancam punah, kata polisi dan konservasionis.
Geng-geng kriminal kemudian memasukkan belut ke beberapa koper. Setiap koper berisi sekitar 50 ribu ikan kecil. Kemudian, diterbangkan dengan penerbangan komersial ke negara-negara Asia. Bayi belut ini lalu dipelihara di peternakan khusus hingga mencapai ukuran penuh (sekitar 1,5 meter) dan kemudian dijual di pasar dengan harga 10 euro per ekor. (AFP/Rkp/*/L-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved