Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
POLUSI merupakan masalah yang sangat serius, menyangkut air dan udara. Polusi laut menjadi perhatian global, terutama berkaitan dengan plastik.
Indonesia menerima mandat pelaksanaan Intergovermental Review Meeting on the Implementation of the Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Land-Based Activities (IGR-4) sejak 2017. Namun, karena erupsi Gunung Agung, kegiatan diundur menjadi 2018, akhir bulan ini.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Direktur Kelautan dari United Nation Enviroment Programm (UNEP) Lisa Emelia Swenson, dan Coordinaor Global Program of Action (GPA) Habib Al Hadr mengatakan hal itu saat melakukan evaluasi akhir kesiapan perhelatan itu di Bali, kemarin.
IGR Meeting ke-4 yang mengambil tema Pollution in ocean and land connection itu digelar 31 Oktober-1 November 2018 di Nusa Dua, Bali.
Event itu diselenggarakan UNEP dan dilaksanakan Indonesia sebagai tuan rumah. Dari 108 negara anggota, sudah terdaftar 89 negara. Diperkirakan, sebanyak 300-400 pejabat pemerintah di dunia akan hadir.
Menurut Menteri LHK, materi yang akan dibahas meliputi hal pokok dan aksi program. Komitmen Indonesia mengatasi pencemaran cukup jelas. “Kita memerlukan berbagai kondisi untuk mengatasinya. Untuk penanganan sampah, Indonesia harus punya komitmen semakin kuat dengan keluarnya Perpres Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut pada 17 September lalu,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, langkah inovasi dan persiapan pengaturan extended producer responsibilty (EPR), bank sampah, dan bank sampah online berbasis aplikasi smartphone, dan sebagainya. “Kolaborasi pemerintah pusat, pemda, pelaku bisnis, dan masyarakat, serta para penggiat atau aktivis, merupakan kunci sukses,” ujar Siti. (OL/X-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved