Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara mengenai fenomena balita perokok bernama RAP, yang belum genap berusia 2 tahun di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Kisahnya beredar secara viral beberapa waktu lalu. Menurut KPAI, salah satu penyebab batita merokok karena kelalaian orang tua yang tidak paham bahaya rokok.
"Anak jadi korban ketidaktahuan orang tua dalam pengasuhan," tutur Komisioner KPAI Rita Pranawati dalam diskusi media bertema 'Baby Smokers Masih Ada!' di Jakarta, pada Selasa (21/9).
Hadir dalam diskusi tersebut Ketua Tobacco Control Support Center (TCSC) IAKMI dr. Sumarjati Arjoso, SKM dan Ketua No Tobbaco Community Bambang Priyono, serta organisasi masyarakat lain yang perhatian pada isu tersebut.
Rita menyampaikan anak-anak yang merokok dan akhirnya kecanduan, umumnya dipicu oleh lingkungan sekitar. Beberapa stimulus seperti banyaknya orang sekitar yang merokok menyebabkan anak berperilaku yang sama.
Hal itu juga dibenarkan Ketua No Tobacco Community Bambang Priyono yang menelusuri masalah RAP ke rumahnya di Sukabumi. Bambang menjelaskan, RAP merokok dipicu kondisi ayahnya yang perokok, sekaligus sang ibu yang berjualan rokok di rumahnya.
"Ia mengamuk kalau tidak diberikan rokok. Menurut pengakuan orang tuanya, ia merokok paling banyak lima batang. Rumah anak sering banyak orang yang berkumpul dan banyak puntung rokok yang dibuang. Ia coba menghisap sampai kecanduan. Orang tuanya tidak tau kalau nikotin yang ada di dalam rokok menyebabkan kecanduan," papar Bambang.
RAP, imbuh Bambang, merupakan anak bungsu dari enam bersaudara dengan usia ayah 45 tahun dan ibu berusia 35 tahun.
"Pendidikan orang tuanya tingkat sekolah dasar," tukas Bambang.(OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved