Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
UPAYA produsen dan masyarakat untuk mengurangi dan mengelola sampah plastik punya peran penting dalam penyelesaian masalah sampah plastik. Namun, bila hanya mengandalkan masyarakat, program pemerintah untuk mengurangi dan menekan sampah akan sulit tercapai maksimal. Oleh karena itu, produsen wajib pula bertanggung jawab atas sampah produk yang dihasilkannya.
"Produsen harus lebih bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkannya. Pemerintah perlu mendorong dengan membuat regulasi agar produsen yang mengeluarkan prosuk penghasil sampah mau turut menekan dan melakukan pengelolaan pada produknya," ujar Zenzi Sehauidi, aktivis Wahana Lingkungan Hidup (WALHI).
Saat ini, berbagai gerakan masif memang telah dilakukan masyarakat peduli lingkungan lewat berbagai kampanye. Mulai dari diet kantong plastik, penggunaan botol minum untuk mengurangi sampah air minum kemasan, hingga pengurangan penggunaan sedotan plastik.
Zenzi mengatakan, gerakan masyarakat sangat baik dan penting. Namun, tanpa peran produsen itu tidak cukup untuk mewujudkan target pengurangan sampah pemerintah pada 2025. Pemerintah menargetkan pengurangan sampah sebanyak 20,9 juta ton tau sebesar 30% dari proyeksi sampah Indonesia pada 2025 sebesar 70,8 ton.
Saat ini, terdapat jutaan gerai makanan lain di Indonesia. Belum lagi berbagai jenis makanan kemasan yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Maka, menurutnya, dibutuhkan terobosan solusi yang mendorong perbaikan di sektor hulu, produsen.
Pengurangan sampah plastik harus dimulai dengan menginisiasi kebijakan teknis yang mewajibkan produsen mengurangi sampah plastik. "Pemerintah harus memulainya jika benar-benar serius soal masalah tersebut."
PT Fas Food Indonesia, mengakui langkah konkret produsen dalam pengurangan dan pengelolaan sampah plastik semakin mendesak dilakukan demi keberlangsungan lingkungan.
"Isu sampah plastik sudah semakin besar. Kampanye pengurangan penggunaan plastik sudah saatnya dilakukan," ujar General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia, Hendra Yuniarto, di gedung Gelael, Jakarta, (29/6).
Hendra mengatakan, PT Fast Food Indonesia yang menaungi 630 gerai di Indonesia dari sedotan saja, dapat menyumbang setidaknya 6 sampai 9 juta dampah sedotan setiap bulan. Sampah tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir atau bocor tidak terolah ke berbagai tempat bila sudah dibawa pembeli keluar gerai.
Saat ini, KFC menjadi jaringan waralaba makanan pertama yang tidak akan menyediakan dispenser sedotan di seluruh gerainya di Indonesia. Diharapkan gerakan tersebut dapat mengurangi minimal 50% sampah sedotan plastik yang dihasilkan KFC setiap bulan.
Roadmap EPR
Sementara itu, Direktur Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Kementerian Lingkungam Hidup dan Kehutana. (KLHK) Vivien Ratnawati mengatakan pemerintah mengapresiasi setiap upaya dan aksi nyata yang dilakukan semua pihak, termasuk perusahaan waralaba makanan dan sejenisnya, untuk mengurangi sampah plastik.
"Bagus sekali. Untuk yang lain (apa bisa diminta ikuti) nanti akan dilihat," ujar Vivien.
Upaya untuk mendorong produsen bertanggung jawab atas sampah plastiknya terus dilakukan KLHK. Pemetaan atau pembuatan roadmap sistem extended producer responsibility/ EPR) terus dilakukan.
"Roadmap penerapan EPR terus dikaji dengan melibatkan banyak pihak. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi gerakan yang sporadis atas konsep tersebut," ujar Vivien. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved