Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Demi Senyum di Wajah Anak

Micom
09/6/2018 14:30
Demi Senyum di Wajah Anak
(MI/SUMARYANTO BRONTO)

BINTANG tamu yang kedua ialah pria asal Aceh yang bernama Rahmad Maulizar. Semula Rahmad penyandang bibir sumbing. Namun, ia telah menjalani operasi rekonstruksi sehingga kekurangan tersebut tidak begitu condong terlihat.

Para penyandang bibir sumbing atau celah langit-langit yang memiliki rongga mulut hingga hidung hingga kini masih kerap menghadapi ejekan, hinaan, dan merasa tertekan di kalangan masyarakat. Hal yang sama dirasakan juga oleh Rahmad.

"Saya ingin menjadi orang normal dan ia selalu berdoa dan selalu bersemangat untuk menjalani hidup dan akhirnya ia mendapatkan operasi gratis dari Yayasan Smile Train," tutur Rahmad yang menjalani lima operasi sejak 2012. Uluran tangan yang ia terima itu sangat membekas di hati. Bukan saja merasa penampilannya lebih baik, Rahmad juga merasa lebih bersemangat menjalani hidup.

Sebab itu, Rahmad terdorong melakukan gerakan sosial serupa bagi warga lainnya. Ia menjadi aktivis untuk operasi gratis bibir sumbing di seluruh wilayah aceh. Aktivitasnya itu sudah dilakoni sejak 2015 bersama Yayasan Smile Train.

Rahmad bekerja dengan menyebarkan informasi mengenai aktivitas sosial yayasan tersebut. Ia mencari anak-anak yang membutuhkan bantuan operasi untuk bibir sumbing ini.

Jadwal operasi dilakukan setiap Minggu dan dipimpin dokter ahli rekonstruksi bedah plastik Dokter Jailani. Semangat Rahmad untuk terus mengumpulkan dan membuat para penyandang bibir sumbing agar bisa sembuh dan terlihat normal.

Rahmad biasa mendatangi di puskesmas, warung, maupun tukang sayur dan hingga kerumunan ibu-ibu. Cara ini ia lakukan karena ia yakin pendekatan melalui ibu-ibu akan memberikan informasi yang lebih banyak.

Di sisi lain tidak selamanya kerja Rahmad disambut warga. Ada pula orangtua yang bersikap tidak hangat ketika ia temui.

Kondisi itu tidak membuat Rahmad patah semangat. Ia menjelaskan lebih terperinci mengenai gerakan sosial yayasan tersebut.

Ia bahkan secara terbuka menceritakan pengalamannya sendiri. "Saya dulu hancur seperti mobil yang ditabrak bempernya dan akhirnya mereka juga percaya," demikian salah satu kisah yang sering Rahmad sampaikan kepada warga.

Lambat laun kiprah Rahmad dikenal masyarakat Aceh. Kini, tidak jarang warga yang membutuhkan bantuan menghubunginya lebih dulu. Bahkan pukul 03.00 sudah ada yang meneleponnya untuk pengaduan lahirnya anak yang menderita bibir sumbing.

Yayasan Smile Train mengakui semangat Rahmad menginspirasi tim mereka untuk bekerja lebih keras. Yayasan Smile Train sudah bergerak sejak 2002 dan sudah menjalankan 71 ribu operasi bibir sumbing. Mereka memiliki 300 dokter dan memiliki 80 mitra rumah sakit yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya