Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ini Alasan Pasien Hipertensi Harus Minum Obat Teratur

Indriyani Astuti
16/5/2018 21:15
Ini Alasan Pasien Hipertensi Harus Minum Obat Teratur
(Thinkstock)

PASIEN dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi harus mengonsumsi obat secara teratur. Supaya tekanan darahnya dapat terkontrol dengan baik. 

Prof Dr dr Suhardjono, SpPD, K-GH, K-Ger, FINASIM yang merupakan anggota Pengurus Besar Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia menjelaskan alasannya. Hipertensi adalah penyakit kronik. Sehingga pasien disarankan untuk minum obat setiap hari. Jika konsumsi obat dihentikan secara mendadak, dikhawatirkan tekanan darah yang sudah terkontrol dapat naik secara tiba-tiba.

"Ibarat per, kalau ditekan dia turun. Tapi ketika tidak ditekan, dia melonjak," ujar Suhardjono dalam acara press briefing bertema 'Deteksi Dini dan Pengendalian Faktor Risiko Hipertensi' di Kantor Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (16/5).

Lantas bagaimana dengan pasien hipertensi yang harus minum obat namun berpuasa? Suhardjono mengatakan tidak masalah dengan menyesuaikan jadwal minum obat dengan ibadah puasa. Tetapi dia menyarankan agar pada seusai sahur sebaiknya pasien hipertensi tidak mengonsumi obat-obatan biolitik. Obat ini berfungsi membuang garam dalam darah sehingga meningkatkan intensitas buang air kecil. Obat jenis ini, saran dia, tidak diminum sesudah sahur, tetapi saat malam.

"Saat berbuka pada magrib, dijadikan jadwal minum obat pagi dan sahur dijadikan jadwal minum obat untuk malam hari . Disesuaikan dengan siklus puasa."

Selain itu, pria yang sehari-hari berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu menjelaskan sebagian besar hipertensi tidak diketahui sebabnya atau disebut hipertensi primer. "Sehingga harus konsumsi obat setiap hari," ucap dia.

Berbeda dengan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau disebut hipertensi sekunder. Suhardjono mencontohkan hipertensi sekunder diantaranya tekanan darah tinggi pada ibu hamil karena pre eklamsi atau hipertensi karena penyakit tiroid.

"Kalau diketahui sebabnya, kita dapat mengoreksi penyebabnya maka tekanan darahnya akan turun," terang dia.

Dikatakan dia, seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya ketika diukur melebihi 140/90. Sedangkan orang dengan tekanan darah 120/80 dikategorikan normal dan orang dengan tekanan darah di atas 120/80 tetapi di bawah 140/90, disebut dengan prehipertensi yakni berisiko menjadi hipertensi apabila tidak memperbaiki gaya hidup menjadi lebih sehat.

Suhardjono juga menjelaskan bahwa tekanan darah berkolerasi dengan usia. Makin tinggi umur, tekanan darah seseorang makin tinggi. Sehingga menurutnya sangat jarang kasus hipertensi pada orang berusia kurang dari 30 tahun tanpa adanya faktor risiko seperti kelebihan berat badan, diabetes dan sebagainya.

Suhardjono lebih lanjut menuturkan, tekanan darah yang terlampau tinggi dan dibiarkan, dapat berdampak pada kerusakan organ-organ dalam tubuh. Kerusakan organ yang terjadi diantaranya jantung, otak, penyakit gagal ginjal kronik, dan penyakit arteri perifer yang banyak diderita pada orang berusia lanjut dengan penyempitan pembuluh darah di tungkai, serta retinoplati atau tekanan yang tinggi pada bola mata. (A-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo
Berita Lainnya