Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Buya Syafii Ajak Lawan Intoleransi Dengan Beradab

Syarief Oebaidillah
30/3/2018 13:40
Buya Syafii Ajak Lawan Intoleransi Dengan Beradab
(Mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Syafii Maarif -- MI/Furqon)

MASIH maraknya aksi intoleransi dan kekerasan di masyarakat jangan dibiarkan. Publik dan kalangan jurnalis dihimbau tidak diam

"Keberadaan SEJUK memberi optimisme dalam menghadapi mereka aliran garis keras secara beradab. Jangan diam, juga tidak berteriak tetapi tetap tegas," kata Buya Syafii Maarif selaku pembicara utama pada acara Diversity Award 2018 yang dihelat kalangan jurnalis dari Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK) di Wisma Antara, Jakarta, Kamis (29/3) malam.

Acara yang dipandu Inayah Wahid tersebut dihadiri tokoh lintas agama, aktivis keberagaman dan kalangan jurnalis pro keberagaman.

Mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mencontohkam keberanian jajaran Tempo yang dipimpin Arief Zulkifli dengan penuh risiko menghadapi aliran garis keras tersebut.

"Nah, teman-teman SEJUK dalam menghadapi orang-orang sumbu pendek, jangan imbangi dengan keras juga. Imbangi dengan sejuk tapi tegas. Namun di sini polisi harus tegas pula," ujar Buya.

Buya mengungkapkan ia pernah membahas aliran garis keras ini bersama Presiden Joko Widodo. Guru Besar UGM ini menilai di antara penyebab munculnya garis keras ini karna masuknya ideologi impor dari Timur Tengah.

"Mereka berasal dari kalangan Arab yang kalah lalu mengimpor ke sini. Dan orang garis keras di sini tidak bisa memilah," cetusnya.

Ia berpendapat aliran garis keras di Timur Tengah dan situasi pergolakan di jazirah Arab tengah berada di titik nadir. "Kita semua tahu di Suriah dan Irak amat memprihatinkan. Memang saya tidak menolak ada saja intervensi unsur Yahudi. Akan tetapi kondisi negara-negara Timur Tengah ini, mereka rapuh. Sedangkan kondisi kita jauh lebih baik dan tenang kendati tetap banyak masalah dan tantangan," ungkapnya.

Buya mengaku kendati berusia 83 tahun dan terkena penyakit jantung, ia tetap bersemangat dan terbiasa menghadapi teror serta aksi bully terhadap dirinya.

"Jadi mari kita hadapi segala macam kekerasan, persekusi, dan sejenisnya. Apalagi dengan marakmya medsos, hoaks menjadi tantangan berat. Namun kita jangan diam. Ini menjadi tantangan hidup yang memang besar. Jika takut pada tantangan, kita jangan datang ke muka bumi," pungkas Buya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik