Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Terkadang Dipandang Sebelah Mata

11/2/2018 10:57
Terkadang Dipandang Sebelah Mata
(MI/RAMDANI)

SETIAP anak muda di Indonesia memiliki peran yang sama membangun negeri. Tidak terkecuali anak muda Tionghoa. Sayangnya, anak muda dari etnik ini tidak diterima sebagai bagian integral bangsa.

"Di era Orba, etnik ini digiring untuk hanya berkutat di bidang ekonomi. Di bidang pemerintahan atau militer, enggak boleh berperan. Nah akibatnya, sebagaian anak muda Tionghoa mungkin juga kurang tertarik pada birokrasi atau militer, apalagi kedua bidang ini tampaknya belum dibuka lebar untuk anak muda Tionghoa. Akibatnya, anak muda Tionghoa berkiprah di luar kedua bidang ini," kata Tom Saptaatmadja, pegiat lintas agama kepada Media Indonesia.

Tidak hanya bidang ekonomi, ada yang mulai menekuni bidang pendidikan. Di Surabaya, misalnya ada beberapa anak muda Tionghoa sudah menjadi dekan atau rektor di beberapa perguruan tinggi swasta. Demikian juga bidang kebudayaan atau seni, termasuk film, musik atau dunia tulis menulis, juga kuliner atau pariwisata, mulai ada kiprah anak anak muda Tionghoa.

Menurutnya, masih saja ada pandangan miring terhadap etnik ini. Seperti menuding ekslusif atau kurang menyapa anak muda dari golongan lain. Namun, bagi yang serius dengan bidang kehidupan yang sudah ditekuni, semua pandangan miring itu tentu menjadi tantangan tersendiri untuk semakin terlibat dalam memajukan bangsa ini. Namun, menurut Suhadi Sandjaja, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) mengatakan mungkin bukan hanya etnik Tionghoa yang dirundung, yang penting bagaimana seseorang itu bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Tom melihat setiap anak muda yang berbakat dan hebat di negeri ini mampu berkontribusi bagi Indonesia, jelas negeri ini akan tambah hebat. "Namun, kehebatan perlu disertai rasa cinta. Negeri ini butuh banyak cinta, agar tetap utuh dalam bingkai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Jadi, semoga Imlek tahun ini membawa kebaikan bagi Indonesia. Tahun politik yang ditandai dengan pilkada serentak, tidak boleh menggerogoti keutuhan bangsa," tutup Tom.

Bagimanapun, agama atau ras berbeda tentunya mengajarkan hal yang sama, yakni menghargai satu sama lain. (Wan/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya