Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Lampu Listrik Isi Ulang Bikin Sumba Benderang

Putri Rosmalia Octaviyani
31/1/2018 10:48
Lampu Listrik Isi Ulang Bikin Sumba Benderang
(Siswa memegang lentera di Sekolah Dasar (SD) Laikarenga, Kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Senin (29/1)---MI/RETNO)

PAGI itu Heribertus Kaka, siswa kelas 6 Sekolah Dasar (SD) Laikarenga, Kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, seperti biasa berangkat ke sekolah dengan ceria. Satu tangannya memegang sejumlah buku, satu lainnya menenteng lentera.

“Kami pergi ke sekolah untuk belajar, mendapat ilmu. Pulangnya kami membawa lentera agar terang seisi rumah,” katanya saat ditemui di sekolahnya, Senin (29/1).

Lentera ialah sebutan warga setempat untuk lampu berdaya isi ulang tenaga surya. Alat penerangan tersebut menjadi barang bawaan yang tidak pernah tertinggal bagi siswa-siswa SD Laikarenga.

Pada pagi hari mereka membawa lentera ke sekolah untuk diisi ulang di panel surya yang terpasang di sekolah. Setelah lentera diisi ulang hingga penuh dengan membayar Rp1.500, seusai sekolah mereka membawa pulang lentera tersebut. Lentera dengan energi maksimal itu pun siap mereka gunakan untuk beraktivitas di malam hari.

Sejak tahun lalu pelajar dan warga desa di empat kabupaten di Pulau Sumba dapat menikmati cahaya lampu tenaga surya di malam hari. Sebelumnya, bersamaan dengan matahari terbenam, seluruh kegiatan warga pun berakhir karena kondisi desa gelap gulita. “Saya mengisi ulang lentera seminggu sekali. Dengan adanya lentera, sekarang saya bisa mengerjakan PR (pekerjaan rumah) malam hari lebih enak karena buku bisa terlihat jelas,” ujar Heribertus.

Manfaat lentera berbentuk lampu senter itu bukan hanya dirasakan olehnya, melainkan seluruh keluarganya dan hampir semua warga di empat kabupaten,

Karena itu, setiap murid yang pergi ke sekolah sambil mengisi ulang lentera, saat pulang mereka selalu dinantikan seluruh keluarga. “Kami pulang juga ditunggu karena membawa terang,” katanya.

Sebanyak 25 SD dan SMP di empat kabupaten kini telah tersentuh program lentera. Namun, belum semua murid di 25 sekolah memiliki lampu lentera. Di SD Laikarena, misalnya, dari 392 murid, baru sekitar 200 orang yang punya lentera.

Sementara itu, total lampu yang didistribusikan di 25 sekolah baru 4.680 unit. Ditargetkan, dalam waktu dekat seluruh siswa memiliki lampu bertenaga surya itu.

Di Pulau Sumba, penerangan listrik sejak dahulu merupakan barang mewah nan sulit didapat. Untuk bisa menikmati cahaya di malam hari, warga harus mengeluarkan uang sekitar Rp20 ribu per pekan guna membeli minyak tanah sebagai bahan bakar lampu teplok atau yang oleh warga Sumba dikenal dengan pelita. Biaya belum termasuk ongkos transportasi membeli minyak tanah di pusat kota. Kehadiran lampu isi ulang tenaga surya telah mengubah hampir 70% rumah warga menjadi terang di malam hari. Program yang diinisiasi Hivos, satu NGO (non government organization) asal Belanda, tersebut telah berjalan sejak Mei 2017. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya