Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
JUMLAH perokok di Indonesia terus meningkat. Termasuk di kalangan anak-anak. Data Global Youth Tobacco Survey 2014 menunjukkan, 20,3% anak usia sekolah di Indonesia sudah mengonsumsi rokok.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Eni Gustina, penyebabnya antara lain maraknya iklan rokok.
“Iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok tidak sebanding dengan iklan-iklan produk rokok yang masif dan mudah diakses anak-anak,” ujarnya di Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan, walaupun sudah ada peraturan pemerintah yang membatasi iklan rokok agar ditayangkan pada jam-jam tertentu, iklan rokok masih tetap dapat dilihat anak-anak, seperti yang berbentuk spanduk yang terpajang di berbagai tempat, juga mini market yang memajang produk pada etalase berpenampilan menarik.
Pemerintah, ujarnya, tidak punya kekuatan untuk memblokir iklan produk rokok. Maka, dibutuhkan upaya bersama dari berbagai sektor, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk mengurangi jumlah perokok terutama dari kalangan anak-anak.
“Aturan Peraturan Pemerintah Nomor 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan sudah jelas bahwa orang dewasa tidak boleh mengenalkan rokok pada anak-anak. Pemerintah daerah harus tegas untuk hal ini,” imbuhnya.
Terkait dengan upaya membantu masyarakat berhenti merokok, Eni menerangkan, Kemenkes menyediakan layanan konseling melalui telepon.
Layanan konseling berhenti merokok itu telah ada sejak 2016 dan dapat diakses melalui saluran telepon bebas biaya di nomor 0-800-177-6565. “Melalui komunikasi via telepon, tuturnya, masyarakat yang ingin berhenti merokok dapat diberikan bimbingan, serta rujukan apabila membutuhkan tindak lanjut,” imbuhnya.
Secara terpisah, aktivis dari dari Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), Imam Wierawansyah, mengatakan di daerah asalnyanya, Sumbawa, Nusa tenggara Barat, iklan rokok banyak ditemukan di lingkungan sekitar sekolah.
“Padahal, seharusnya lingkungan sekitar sekolah menjadi zona aman yang bebas dari iklan, promosi, dan sponsor rokok. Karena iklan rokok bersifat manipulatif, tidak menginformasikan bahaya rokok, iklan itu mendorong anak merokok,” papar Imam melalui siaran pers.
Dirinya mewakili anak muda Sumbawa sangat khawatir dengan keberadaan iklan dan promosi rokok yang bertebaran di jalan raya. “Jalan tersebut dilalui anak sekolah hampir setiap hari, yang berakibat mereka terpapar iklan rokok secara terus menerus setiap berangkat menuju sekolah dan pulang sekolah.”
Imam menyebutkan beberapa jalan di Sumbawa yang dipenuhi iklan rokok yakni Jalan Garuda, Jalan Kartini, Jalan Diponegoro, Jalan Cendrawasih, dan Jalan Baru. (Ind/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved