Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Sri Mulyani Mengenang Masa 10 Tahun Lalu

Fetry Wuryasti
03/11/2016 07:10
Sri Mulyani Mengenang Masa 10 Tahun Lalu
(ANTARA FOTO/Moch Asim)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati, 54, menyunggingkan senyum di wajah saat mendengar lagu anak-anak berbahasa Jawa berjudul Ojo Turu Sore Kaki. Lagu itu dinyanyikan paduan suara saat ulang tahun ke-10 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Dia mengaku seperti kembali ke masa 10 tahun lalu di saat posisi Ani, panggilan akrabnya, ketika itu juga sebagai menteri keuangan.

"Saya tersenyum lagu Jawa dinyanyikan. Sepuluh tahun DJKN, ada perasaan berkecamuk pada saya, di saat saya juga menjabat menteri keuangan. Ini seperti kembali ke masa lalu. Namun, bukan berarti karena berusia 10 tahun jadi boleh bermain setelah gelap seperti pada lirik lagu. Sepuluh tahun DJKN seharusnya bukan anak-anak lagi, melainkan mulai beranjak dewasa," ujarnya di Jakarta, Rabu (2/11). Ani menambahkan berbagai ingatan dan perasaan kembali muncul.

Dahulu, dia bersama tim dan Sekjen Hadiyanto, menit demi menit, minggu demi minggu, bulan demi bulan memikirkan cara mewujudkan keinginan membangun pengelolaan kekayaan negara berdasarkan undang-undang. "Mengelola kekayaan negara menjadi sebuah perjalanan. Bayangkan, 10 tahun lalu saya menjadi menteri keuangan yang tidak punya neraca keuangan dan kekayaan negara." Langkah pertama mereka 10 tahun lalu ialah membangun neraca yang kredibel. Diakuinya, memang membutuhkan waktu dan bertahap dari disclaimer, wajar dengan pengecualian, sampai bisa wajar tanpa pengecualian.

Anyer-Panarukan
Dia memang sempat menjabat menteri keuangan pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian enam tahun lalu, Sri Mulyani meninggalkan kursi menteri keuangan menuju Washington sebagai Direktur Pelaksana World Bank. Pada 2016, dia dipanggil Presiden Joko Widodo untuk kembali menjabat menteri keuangan mulai Juli 2016.
Dia bangga, sejak awal dibentuknya DJKN, kini neraca beberapa lembaga dan kementerian sudah wajar tanpa pengecualian.

Pengelolaan kekayaan negara yang dicuri koruptor untuk kepentingan pribadi mereka diyakini Ani dapat memberikan efek jera. Selain itu, hal tersebut perlu disertai dengan tertib administrasi dan tertib hukum. "Saya senang banyak sekali properti atau kekayaan negara yang tadinya belum masuk neraca dan belum punya sertifikasi, sekarang secara simultan sudah masuk." Salah satu aset yang harus dikelola, kata Ani, ialah jalan Anyer-Panarukan yang Indonesia peroleh dari Belanda.

Berdasarkan salah satu episode penjajahan Belanda yang paling menyakitkan, pembangunan jalan Anyer-Panarukan di zaman Herman Willem Daendels masuk aset negara. "Kita bangga dengan perjuangan dan pengorbanan rakyat kita. Sekarang aset itu sudah ada di buku kita." Sebagai jajaran penjaga keuangan negara, dia meminta terbangunnya kultur baru, yaitu pola pikir (mindset) sebagai asset manager.

Itu akan berbeda dengan kultur birokrasi yang hanya menjaga ketertiban administrasi. "Yang paling penting, pertama, yaitu integritas. Seorang manajer tidak akan sukses bila punya integritas pribadi atau institusi. Integritas ialah syarat minimal sebagai professional asset manager. Jangan biarkan 1% jajaran dengan integritas buruk merusak 99% yang baik," cerita Ani.(H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya